JAKARTA, KOMPAS.TV - Sebanyak 11 siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Harapan Baru Cijanung, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tewas saat melakukan susur sungai yang merupakan bagian dari kegiatan pramuka. Peristiwa serupa sebelumnya pernah terjadi di Sleman, Yogyakarta.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis Memet Hikmat menjelaskan, dari keterangan beberapa saksi, 11 korban tersebut tewas akibat tenggelam setelah terbawa arus sungai yang meluap dari arah hulu.
Hasil pendataan, lanjut Memet, semua korban yang terbawa arus sungai ada 21 orang, sebanyak 11 di antaranya meninggal dunia dan sisanya berhasil selamat.
"Kalau korban selamat sempat dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan. Kalau korban meninggal sama dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan awal," ujar Memet.
Kegiatan yang menewaskan 11 siswa tersebut bermula saat 150 siswa bersama para guru turun ke sungai. Namun, sesampainya di sekolah sekaligus lingkungan pesantren, ternyata masih ada siswa yang belum kembali ke asrama.
Mereka merupakan siswa MTs setingkat SMP yang baru masuk dengan kisaran usia 12 sampai 13 tahun.
Baca Juga: Kronologi 11 Siswa di Ciamis Tewas Saat Susur Sungai Kegiatan Pramuka
Kemudian petugas BPBD bersama Tim SAR gabungan berupaya melakukan pencarian mulai Jumat pukul 13.30 WIB. Korban pertama ditemukan pukul 19.15 WIB.
Korban lainnya yang ditemukan hingga pukul 21.00 WIB mencapai 11 orang.
"Iya, pada pukul 20.05 WIB jenazah siswa yang tenggelam sudah ditemukan meninggal 10 orang. Baru sekitar pukul 21.00 WIB lebih ditemukan lagi seorang jadi total 11 orang," ujar Memet, Jumat malam.
Atas kejadian tersebut, Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agam (Kemenag) M Ali Ramdhani meminta agar pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler madrasah khususnya yang berisiko tinggi, dilarang.
Ali meminta keamanan dan keselamatan dalam kegiatan pembinaan madrasah harus menjadi perhatian dan prioritas utama.
"Setiap kegiatan pendidikan harus menjamin aspek kesehatan dan keselamatan siswa. Kegiatan ekstra kurikuler yang berisiko tinggi dilarang dan ditiadakan," katanya dilansir dari kemenag.go.id, Sabtu (16/10/2021).
"Saya sudah meminta Kabid Madrasah Kanwil Jabar agar bisa segera melakukan hal tersebut," tandasnya.
Baca Juga: 11 Siswa Tewas Tenggelam Saat Kegiatan Susur Sungai
Selain itu, Ali juga menyampaikan duka mendalam atas kejadian ini. "Kami sampaikan duka mendalam. Semoga keluarga para siswa tetap tabah dan sabar."
"Para siswa meninggal saat ikut proses pendidikan. Insya Allah mereka syahid," pungkasnya.
Kegiatan susur sungai pramuka yang memakan korban bukan baru pertama kali terjadi. Sebelumnya, tragedi serupa juga terjadi di Sleman, Yogyakarta.
Tragedi yang menewaskan 10 siswa SMPN 1 Turi Sleman itu terjadi pada Jumat, 21 Februari 2020.
Kegiatan yang dilakukan juga sama, yakni kegiatan pramuka. Kegiatan itu diikuti siswa kelas 7 dan 8 SMPN 1 Turi. Namun, yang turut serta dalam susur sungai ada 249 anak, yang terdiri dari 124 siswa kelas 7 dan 125 siswa kelas 8.
Sementara itu, pembina pramuka yang mendampingi ada tujuh orang: 1 orang menunggu di sekolah, 1 menunggu di garis finis, 4 ikut turun ke sungai, dan 1 lagi ikut turun ke sungai, tetapi langsung pergi karena sebuah keperluan.
Nahas, pada sekitar pukul 15.00 WIB, mendadak terjadi hujan deras di hulu, sehingga air sungai pun tiba-tiba deras menerjang siswa, dan sebagian besar dari mereka hanyut terbawa arus.
Para siswa spontan berupaya saling menyelamatkan diri. Mereka yang selamat pun berjalan naik menjauhi sungai. Pada pukul 15.30 WIB, tim SAR dan relawan mulai memberikan pertolongan serta evakuasi.
Pada kejadian tersebut, 10 siswa dilaporkan tewas, 239 siswa selamat, dengan 23 di antaranya terkonfirmasi mengalami luka-luka.
Baca Juga: 11 Siswa MTs di Ciamis Tewas Tenggelam Saat Susur Sungai, Ini Respon Kemenag
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.