Di Cilacap, tambah Dwikorita, juga terdapat berbagai objek vital nasional dan strategis, diantaranya Kilang Minyak Pertamina, Pembangkit Listrik Tenaga Uap, dan pabrik semen Dynamix.
"Berdasarkan pemodelan, potensi ketinggian tsunami berkisar belasan meter dengan estimasi kedatangan tsunami sekitar 50 menit. Namun, karena wilayah pesisir Cilacap sangat padat penduduk, maka butuh waktu lebih untuk proses evakuasi. Terlebih tempat evakuasi cukup jauh, sekitar 2 hingga 4 kilometer," paparnya.
Baca Juga: BMKG Imbau Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem 10 Hari ke Depan, Ada Apa?
Dwikorita berharap, keberadaan EWS Broadcaster dan SIRITA ini dapat meminimalisir jumlah korban jiwa jika sewaktu-waktu gempa bumi dan tsunami menerjang selatan Pulau Jawa.
Dwikorita menyebut, penggunaan teknologi digital dan aplikasi yang terkoneksi satu sama lain akan meningkatkan efektivitas sistem peringatan dini yang dikeluarkan, karena dapat menghindarkan dari terputusnya rantai alur informasi peringatan dini dari BMKG kepada masyarakat.
Keterbatasan jaringan komunikasi kerap menjadi salah satu kendala saat penyebaran peringatan dini karena tidak jarang jaringan komunikasi selular mengalami gangguan usai gempa merusak.
Kendala inilah yang coba BMKG pecahkan dengan meluncurkan EWS Broadcaster dan SIRITA.
Khusus SIRITA, ponsel yang memasang aplikasi SIRITA akan berbunyi keras layaknya sirine apabila BMKG mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi tsunami.
Jadi, kendala seperti tidak tersampaikannya peringatan dini kepada masyarakat bisa diminimalisir.
"Bunyi sirene yang keluar dari handphone didefinisikan sebagai perintah untuk segera melakukan evakuasi, mencari dataran tinggi atau tempat-tempat yang lebih tinggi guna menghindari terjangan tsunami," pungkas Dwikorita.
Baca Juga: Peringatan Dini BMKG: Potensi Cuaca Ekstrem 10 Hari ke Depan, Daerah Ini Waspada Banjir
Sumber : Kompas TV/BMKG
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.