Selanjutnya bakal dipilih secara acak 30 siswa dan 30 pengajar. Mereka bakal menjalani tes swab PCR, dengan metode full testing.
“Dari hasil Swab PCR ini akan ditabulasikan ke dalam data posivity rate atau rasio kasus positif,” papar Johnny.
Sekolah yang memiliki posivity rate kurang dari 1 persen, maka pelajar maupun pengajar yang positif bakal dikarantina, dan yang berkontak erat bakal diisolasi tetapi kegiatan PTM tetap berjalan.
Jika posivity rate sekitar 1 sampai persen, maka seluruh pelajar dan pengajar di sekolah tersebut bakal di swab test, sedangkan sekolah tetap melaksanakan kegiatan PTM terbatas.
Baca Juga: Muncul Klaster Covid-19 Usai PTM, Luhut: Kita Lebih Takut Kalau Generasi yang akan Datang Jadi Bodoh
Dan jika lebih dari 5 persen, maka seluruh kegiatan sekolah dihentikan selama 14 hari, dan kegiatan belajar mengajar dilanjutkan secara daring.
Johnny menegaskan PTM terbatas dilakukan karena pembelajaran daring berlangsung telah cukup lama.
“Hal ini berpotensi hilangnya kemampuan akademik pengetahuan dan keterampilan peserta didik, serta risiko dampak psikologis anak,” tuturnya.
Penerapan strategi surveilans di lingkup kegiatan belajar-mengajar, kata Johnny, akan menjadi percontohan untuk penerapan strategi yang sama pada aktifitas publik yang lain.
“Pemerintah membuka opsi untuk mereplikasi strategi ini pada berbagai aktivitas lain,s eoerti perdagangan, aktifitas pariwitsata, keagamaan dan transportasi,” katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.