JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menyatakan Covid-19 varian Mu tidak lebih ganas daripada varian Delta.
Menurut Amin, hal ini lantaran varian Mu disebut sebagai variant of Interest (VoI) sementara varian Delta sudah masuk dalam kategori variant of Concern (VoC).
"Dari pengelompokannya saja kita sudah bisa melihat bahwa varian Delta itu masuk kelompoknya VoC, sedangkan Mu masuknya VoI," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio, Kamis (9/9/2021) malam.
Melansir Kompas.com, Amin juga menjelaskan suatu varian Covid-19 dikategorikan sebagai VoC jika telah menimbulkan permasalahan di public health atau kesehatan masyarakat.
Sementara varian Corona dikategorikan VoI apabila memiliki salah satu dari empat sifat tetapi belum menjadi masalah kesehatan masyarakat.
"Empat sifat itu seperti lebih cepat menular, sulit didiagnosis, gejalanya berbeda, dan tidak sensitif lagi terhadap antibodi," jelasnya.
Kendati demikian, kata Amin, dalam upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19, masyarakat tidak perlu mempermasalahkan varian-varian yang ada.
Amin memint seluruh masyarakat untuk tetap melakukan kewaspadaan dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Jadi apa yang harus dilakukan adalah kewaspadaan universal, prokesnya sama, tetap 6M, kemudian 3T-nya juga sama, vaksinnya juga masih sama," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM Yogyakarta Gunadi pun angkat bicara perihal varian Mu.
Menurutnya, varian Mu sebagai penyebab Covid-19 tidak lebih ganas dengan varian Delta.
Baca Juga: Antisipasi Varian Mu, WNI dan WNA dari 5 Negara ini Bakal Jalani Pemeriksaan Whole Genome Sequencing
Alasannya, WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia sudah menyebutkan varian Mu sebagai kategori variant of Interest (VoI) atau yang perlu mendapat perhatian.
"Bandingkan dengan varian Delta yang masuk kategori Variant of Concern (VoC) atau yang perlu diwaspadai," ujarnya, Rabu (8/9/2021).
Hal ini yang mendasari keyakinannya, varian Mu tidak lebih berbahaya ketimbang Delta. Kategori VoC memiliki level di atas VoI.
Meskipun demikian, Gunadi tetap meminta untuk memperhatikan varian Mu. Sekalipun kasusnya belum terdeteksi di Indonesia, hasil riset awal menunjukkan varian Mu menyebabkan penurunan kadar antibodi netralisasi.
Ia berpendapat Covid-19 terus bermutasi dengan memunculkan varian-varian baru yang memiliki tingkat keganasan dan keparahan yang berbeda apabila terinfeksi.
Namun demikian, bagi mereka yang sudah pernah terpapar Covid-19 atau yang sudah mendapat vaksin sudah memiliki kekebalan alami.
Kekebalan alami yang sudah terinfeksi walau belum vaksin menurutnya sama halnya dengan mengukur efektivitas vaksin terhadap suatu varian dengan melakukan riset terlebih dahulu.
Baca Juga: Varian Mu Belum Terdeteksi di Indonesia, Ini Penjelasan Satgas Covid-19
Namun antisipasi tetap diperlukan dengan melaksankan protokol kesehatan secara ketat dan percepatan program vaksinasi.
Pakar dari UGM ini juga menekankan pentingnya pengetatan pintu masuk ke Indonesia supaya bisa mencegah varian Mu masuk ke Indonesia.
Sumber : kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.