JAKARTA, KOMPAS.TV – Self diagnose merupakan istilah yang digunakan ketika seorang mendiagnosis penyakit yang sedang dialami berdasarkan informasi secara mandiri. Biasanya, hal ini bermula dari keingintahuan gejala sakit yang sedang Anda alami kemudian Anda mencoba mencarinya di internet dan menyimpulkan sendiri.
Khususnya, dalam hal ini bukan hanya penyakit fisik, tetapi self diagnose yang banyak dilakukan pada kesehatan mental.
"Banyak orang yang mencari tahu gejala kesehatan mental di internet, lalu percaya mentah-mentah bahwa mereka sedang mengalaminya. Padahal, apa yang ada di internet belum tentu sesuai dengan yang terjadi pada mereka," jelas Psikolog Prita Yulia Maharani, M.Psi., dari aplikasi konseling Riliv dalam siaran resminya, Minggu (29/8/2021).
Namun, Prita menerangkan sebenarnya kegiatan mencari tahu gejala kesehatan mental di internet tidak selalu salah. Asalkan, melakukan cross check sehingga tidak menjadi self diagnose.
"Caranya ya dengan mendatangi psikolog atau psikiater profesional untuk tahu lebih lanjut masalah kesehatan mental yang sedang dialami. Dari situ bisa ditentukan langkah yang bisa diambil selanjutnya,” ujaranya.
Lalu, dampak bahaya apa yang tidak disadari dari melakukan diagnosis sendiri berdasarkan informasi di internet?
1. Membuat panik
Manusia, cenderung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya. Itulah mengapa orang lebih mudah mengasumsikan hal-hal buruk ketika melakukan self diagnose.
Baca Juga: Jangan Malas, Ternyata Ini 5 Manfaat Bangun Pagi bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Pada akhirnya, self diagnose hanya akan membuat Anda mengalami kepanikan yang tidak seharusnya terjadi. Periksakan diri ke psikolog profesional yang bisa menjelaskan kondisi dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan.
2. Self-diagnose membuat penyakit atau gangguan sebenarnya terabaikan
Gejala penyakit atau gangguan kesehatan mental yang Anda tebak lewat internet belum tentu benar. Bisa saja Anda yakin sedang mengalami anxiety disorder, tetapi sebenarnya Anda mengalami depresi mayor. Bisa jadi pula kebalikannya atau bahkan bukan keduanya.
Saat Anda melakukan self-diagnose, Anda jadi tidak tahu sebenarnya penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang dialami. Anda hanya menduga-duga hal yang belum tentu kebenarannya. Hal ini merupakan masalah karena dengan begitu Anda jadi tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
3. Dapat memperparah kondisi kesehatan mental
Salah satu risiko dari melakukan self diagnose adalah dapat memperparah kondisi kesehatan mental. Ini bisa terjadi karena terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang sedang dialami, atau bahkan mendapatkan pengobatan yang salah.
Melihat, setiap masalah kesehatan mental memiliki penanganan tersendiri. Ada yang bisa diatasi dengan terapi, ada pula yang membutuhkan obat-obatan tertentu.
4. Menyangkal masalah kesehatan mental yang sedang dialami
Biasanya, seseorang akan menyimpulkan hal terburuk saat melakukan self diagnose, tetapi hal sebaliknua juga berlaku. Tak jarang ada orang yang memilih untuk menyangkal gangguan kesehatan mental yang sedang dialami.
Mereka umumnya merasa masalah kesehatan mental yang ia alami tidak terlalu parah. Padahal penyangkalan tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab, bisa jadi masalah kesehatan mental yang dimiliki membutuhkan penanganan segera agar tidak semakin parah.
5. Terlalu sering self diagnose akan membuat enggan berkonsultasi dengan pakar
Jika terlalu sering dilakukan, self diagnose bisa memunculkan masalah kepercayaan kepada psikolog dan psikiater. Hal ini dapat terjadi karena sudah terlalu percaya diagnosis yang kamu dapat dari internet. Dampak negatifnya, Anda jadi cenderung mempercayai internet, bukan para ahli.
Baca Juga: Didiagnosis Autoimun, Sudah Setahun Cita Citata Jalani Terapi
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.