JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta Abdul Kodir mengimbau seluruh masyarakat untuk mulai lebih memperhatikan hutan bakau Teluk Jakarta yang semakin terancam karena alih fungsi lahan.
"Pelestarian keanekaragaman hayati harus dilakukan secara terpadu agar tidak ada satu atau lebih komponen ekosistem yang mengalami kerusakan atau kepunahan," ujar Abdul dalam dialog virtual bertajuk "Aksi untuk Bumi", Jumat (27/8/2021).
Menurut hasil kajian BKSDA dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) pada 2019, hutan bakau atau mangrove di Teluk Jakarta berada di bawah ancaman, terutama karena alih fungsi lahan menjadi pemukiman.
Baca Juga: Pakar ITB Ingatkan Potensi Tsunami 20 Meter akibat Megathrust Selatan Jawa, Bisa Menyentuh Istana
Abdul menyebut, tekanan pada hutan bakau makin parah akibat polusi yang tinggi dari aktivitas warga.
Saat ini, areal tanaman bakau yang tersisa di Suaka Margasatwa Muara Angke Jakarta hanya tinggal 25,2 hektare.
“Indonesia memiliki hutan mangrove kurang lebih seluas 3,31 juta hektare,” katanya.
Hutan mangrove di Indonesia menyimpan hingga sepertiga karbon di seluruh ekosistem pesisir dunia.
Menurut Abdul, masyarakat perlu menjaga hutan mangrove karena tanaman itu terkait erat dengan perubahan iklim.
Hutan bakau juga dapat mengurangi dampak bencana alam seperti tsunami, angin topan, dan gelombang laut.
Dia juga menjelaskan, hutan mangrove membawa banyak manfaat bagi makhluk hidup, termasuk pencegahan erosi, stabilisasi garis pantai, dan perlindungan spesies yang terancam punah.
Tak cuma itu, hutan mangrove juga bermanfaat, perlindungan manusia dari badai dan banjir, dan penyimpanan karbon dalam jumlah besar.
Baca Juga: Kajian Kompas: 199 Kabupaten/Kota di Indonesia Terancam Tenggelam
Ia berpendapat, pemerintah juga perlu memberikan solusi berbasis ekosistem untuk mengembalikan hutan mangrove.
“Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan solusi berbasis ekosistem melalui restorasi mangrove yang dalam konteks perubahan iklim dapat memberikan tiga manfaat,” ujar Abdul.
Ia menyebutkan sejumlah solusi yang bertujuan untuk mengurangi risiko bencana, mendukung konservasi keanekaragaman hayati, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan masyarakat dengan biaya yang efektif.
Di sisi lain, Abdul mengatakan perlu ada upaya penyadaran soal pentingnya merawat mangrove sejak dini lewat keluarga.
“Melalui pendidikan lingkungan hidup kemudian keluarga berperan, dalam upaya ini yang bahkan menjadi ujung tombak konservasi mangrove kini dan ke depan,” ucapnya.
Ia berharap, seluruh masyarakat dapat menjalankan kewajiban untuk menjaga ekosistem hutan bakau, mengingat betapa besarnya fungsi dan manfaat yang diberikan.
Baca Juga: Jakarta Rentan Tenggelam? Ini Penjelasan Gubernur Anies Baswedan
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.