JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi munculnya La Nina pada akhir 2021.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengatakan, potensi La Nina tersebut sebagai hasil dari perkembangan El Niño-Southern Oscillation (ENSO) yang saat ini masih dalam keadaan netral.
Selain ENSO, ada pula Indian Ocean Dipole Mode (IOD) yang saat ini masih dalam keadaan netral dan diperkirakan dapat bertahan setidaknya hingga Januari 2022.
"Keduanya adalah faktor iklim penting yang mempengaruhi terhadap variabilitas (tingkat-red) curah hujan di Indonesia, terutama pada skala waktu inter-annual," jelas Dodo dalam konferensi pers, Kamis (26/8/2021).
Baca Juga: BMKG Prediksi Musim Hujan Datang Lebih Awal, Pemda Diminta Siapkan Mitigas
Dodo mengungkapkan, semua indikasi tersebut berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan sejumlah institusi internasional.
Maka dari itu, masyarakat Indonesia diimbau untuk lebih waspada terhadap cuaca ekstrem seperti hujan es, hujan lebat disertai kilat dan petir, hingga angin puting beliung.
Terlebih pada masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Dodo menambahkan, saat cuaca tidak menentu, kesehatan tubuh terutama imunitas juga perlu dijaga karena risiko penyakit bisa saja datang bersamaan bersamaan dengan ancaman bencana.
"Terlebih situasi Indonesia saat ini belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Waspada bencana hidrometeorologi dan jaga kesehatan selalu," tuturnya.
Baca Juga: 9 Wilayah Ini Alami Kekeringan Ekstrem, BMKG Imbau untuk Berhemat Air
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah memperingatkan potensi bencana hidrometeorologi menyusul prediksi musim hujan pada tahun ini yang datang lebih awal dari biasanya.
"Perlu menjadi perhatian bersama, terutama di wilayah-wilayah rawan banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak, seiring intensitas curah hujan yang akan terus semakin meninggi," kata Dwikorita.
Dwikorita menyebut sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi akan mengalami musim hujan dengan intesitas lebih besar dari biasanya.
Mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, hingga Papua bagian selatan.
Baca Juga: Nggak Main-main, BMKG Minta Hal Ini ke Layanan Angkutan Pelayaran: Jangan Sepelekan Informasi Cuaca!
BMKG juga mengimbau pemerintah dan masyarakat daerah tersebut untuk mewaspadai, mengantisipasi, dan melakukan mitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana.
"Puncak musim hujan periode 2021/2022 sendiri diprediksi terjadi pada Januari dan Februari 2022," tambah Dwikorita.
Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, ada sebanyak 14,6 persen yang diprediksi mengawali musim hujan pada September 2021, meliputi Sumatera bagian tengah dan sebagian Kalimantan.
Lalu, awal musim hujan di 39,1 persen ZOM lainnya bakal terjadi pada Oktober 2021, meliputi Sumatera bagian selatan, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali.
Sedangkan, sebanyak 28,7 persen wilayah lainnya akan memasuki musim hujan pada November 2021, meliputi sebagian Lampung, Jawa, Bali - Nusa Tenggara, dan Sulawesi.
Sumber : BMKG
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.