WHO belum mencatat vaksin merah putih ini dalam daftar kandidat vaksin Covid-19 mereka. Namun, tim peneliti telah bekerja sama dengan PT Biotis untuk produksi massal mulai awal 2022.
Baca Juga: Viral Kode QR Sertifikat Vaksinasi Gagal Dipindai PeduliLindungi, Ini Penjelasan Kominfo
Di sisi lain, produk yang disebut “vaksin nusantara” sudah terdaftar dalam kandidat vaksin Covid-19 WHO.
Vaksin dari sel dendritik ini masuk dalam daftar kandidat vaksin yang telah mencapai tahap uji klinik 1 atau tahap 2.
Kandidat vaksin Covid-19 dari sel dendritik memang menjanjikan. WHO mencatat, Shenzhen Geno-Immune Medical Institute juga sedang meneliti vaksin dengan platform serupa di tahap uji klinik 1/2.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa laporan penelitian vaksin nusantara hanya mencantumkan Aivita Biomedical dalam nama penanggung jawab.
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito pernah mengatakan, bahan vaksin nusantara masih impor dan pelaksanaan penelitiannya dilakukan peneliti luar negeri.
“BPOM memberikan informasi yang apa adanya, bahwa (Vaksin Nusantara) memang mengandung komponen antigen produk impor,” ujar Penny dalam jumpa pers, Selasa (13/4/2021).
“Pelaksanaan uji klinik ini dilakukan oleh peneliti dari AIVITA Biomedica Inc Amerika Serikat, yaitu orang asing yang bekerja di Indonesia untuk meneliti menggunakan subjek orang Indonesia,” imbuh Penny.
Hambatan membuat vaksin Covid-19 dalam negeri diakui oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko.
Handoko mengatakan, Indonesia belum memiliki tim pengembangan, alat produksi dan fasilitas pengujian vaksin sendiri.
Baca Juga: Jokowi Sebut Pemerintah Tengah Berusaha Mendapatkan Pasokan Vaksin Hingga 430 Juta Dosis
Pihaknya telah melakukan evaluasi pada Mei 2021 ini dan menemukan belum ada tim peneliti dengan keahlian dan pengalaman membuat vaksin dari awal. Sebab itu, ia mengatakan pemerintah perlu mendukung pengembangan vaksin Covid-19.
“Hal inilah yang menjadi fokus kita bersama dan saya yakin ini akan didukung pemerintah, karena kalau tidak, kita tidak bisa menyelesaikan problem fundamental,” kata Handoko pada Rabu (18/8/2021).
Sumber : Kompas TV/Kompascom/Berbagai Sumber
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.