JAKARTA, KOMPAS.TV - Ada keluhan soal stok vaksin Covid-19 di sejumlah daerah. Mengapa Indonesia tidak memproduksi vaksin sendiri? Apa kabar vaksin nusantara dan vaksin merah putih untuk mengatasi Covid-19?
Perlu diketahui, penelitian pengembangan vaksin untuk penyakit apa pun bukanlah hal mudah dan tak sebentar.
“Hanya sekitar 6% kandidat vaksin pada akhirnya mendapat persetujuan penggunaan bagi masyarakat dan proses pembuatannya membutuhkan waktu rata-rata 10,7 tahun,” ujar pakar imunologi dari Universitas California, Marcos E Garcia-Ojeda, dikutip dari Theconversation.
Namun, kondisi darurat pandemi membuat peneliti, perusahaan, dan pembuat kebijakan memangkas pembuatan vaksinasi.
Baca Juga: Ridwan Kamil Sebut Suplai Vaksin Covid-19 Diecer, Berapa Sebenarnya Stok Pemerintah?
“Ini menunjukkan seberapa cepat pembuatan vaksin dapat dilakukan saat benar-benar ada situasi darurat secara global dan sumber daya yang cukup. Ini menunjukkan bahwa proses pengembangan itu dapat dipercepat tanpa mengabaikan keselamatan,” kata Dan Barouch, pakar virologi di Harvard Medical School di Boston, dilansir dari Nature.
Seperti kata Barouch, pengembangan vaksin dapat dipercepat, bila ada cukup peneliti ahli yang mendapat pendanaan besar dan fasilitas memadai.
Kepemilikan sumber daya alam dan kemampuan produksi vaksin massal juga menjadi faktor penting pembuatan vaksin Covid-19.
Vaksin Nusantara dan Merah Putih
Indonesia bukan tidak berusaha mengembangkan vaksin Covid-19 sendiri. Ada vaksin merah putih dan vaksin nusantara.
Vaksin merah putih dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Sementara, produk yang disebut “vaksin nusantara” dikembangkan oleh Aivita Biomedical Inc dengan dukungan Kementerian Kesehatan Indonesia.
Ketua peneliti Vaksin Merah Putih dari Universitas Airlangga (Unair) Fedik Abdul Rantam mengatakan, vaksin dari virus Covid-19 yang dimatikan (inactivated virus) itu baru mencapai tahap uji praklinik.
"Memang kami telah sampai pada uji praklinik fase 1 dan 2. Fase satu hasilnya baik dari sisi imunogenisitas, toxicity di dalamnya dan pendekatan respons imunnya juga, dan hasilnya menjanjikan," kata Fedik, Rabu (18/8/2021), dilansir dari Kompas.com.
Sumber : Kompas TV/Kompascom/Berbagai Sumber
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.