JAKARTA, KOMPAS.TV- Meski di tengah pandemi, makam Mbah Mudzakkir di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, banyak dikunjungi warga yang berziarah saat Lebaran lalu.
Makam ini terbilang unik, sebab dikelilingi air laut. Meski wilayah sekitarnya sudah terendam karena abrasi, namun makam ini tetap utuh sehingga menimbulkan aura mistis tersendiri.
Untung, tokoh Masyarakat Desa Bedono Kecamatan Sayung Demak Jawa Tengah mengungkapkan, semula pemukiman di sekitar makam Mbah Mudzakkir dihuni 70 kepala keluarga (KK). Namun sejak 1999, warga mulai pindah rumah secara bertahap sebab air laut makin tinggi merendam rumah mereka.
"Kini tinggal lima rumah yang ditinggali penduduk. Mereka tidak mau pindah. Alasannya macam macam," ungkap Untung seperti dikutip dari Kompas.com.
Ada yang menyebut, mereka yang tidak mau pindah karena masih keturunan dari Mbah Mudzakkir.
Memang, beberapa meter dari lokasi makam, pengunjung akan disuguhi oleh puing rumah penduduk yang masih mereka tinggali karena enggan berpisah dari lokasi tersebut.
Baca Juga: Pemancing Tenggelam Terseret Longsor Abrasi, Ditemukan Tewas 1 Kilometer Dari Lokasi Kejadian
Tidak heran, akses menuju makam terapung yakni menggunakan sampan atau perahu bermesin diesel yang dikemudikan oleh penduduk lokal.
Bedono adalah salah satu desa di Demak, yang harus tenggelam karena naiknya air laut ke daratan yang dikenal dengan istilah rob.
Perubahan tata ruang Desa Bedono sudah diprediksi sejak lama. Dikutip dari jurnal GeoEco nomor 1 tahun 2015, berdasarkan riset yang dilakukan oleh mahasiswa dan staf pengajar di Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) UNS Solo, Jawa Tengah, dijelaskan bahwa ada beberapa perubahan permukiman di Desa Bedono.
Rentang waktu 10 tahun terjadi permukiman yang hilang sebanyak 127 unit pada tahun 2009 dan 2 unit pada tahun 2013.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini menarik kesimpulan bahwa "Perubahan permukiman di Kecamatan Sayung tahun 2003 – 2013 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun telah terjadi perubahan jumlah permukiman," demikian bunyi salah satu kesimpulannya.
Perubahan permukiman paling tinggi terjadi di Desa Bedono dan perubahan permukiman paling rendah terjadi di Desa Surodadi, juga di Kecamatan Sayung.
Perubahan jumlah permukiman di Pesisir Kecamatan Sayung disebabkan karena abrasi dan inundasi (genangan air laut).
Baca Juga: Joe Biden Bilang Jakarta Akan Tenggelam dalam 10 Tahun, Megawati Lapor ke Jokowi
Abrasi mengakibatkan permukiman yang berbatasan langsung dengan laut menjadi rusak dan hilang, sedangkan inundasi mengakibatkan permukiman menjadi tenggelam dan rusak. Abrasi dan inundasi tertinggi terjadi di Desa Sriwulan.
Penelitian ini juga menyebut bahwa reklamasi Pantai Marina Semarang yang berada tepat dibarat Kecamatan Sayung. Reklamasi Pantai Marina memicu arus laut yang berbelok arah ke timur yaitu ke
Kecamatan Sayung. Reklamasi pantai menjadikan Pesisir Kecamatan Sayung lebih rendah sehingga air laut mengisi tempat ini. Akibatnya terjai bencana banjir genangan.
Desa Bedono adalah contoh wilayah yang mengalami degradasi lingkungan di wilayah pesisir Pantai
Utara Jawa. Abrasi dan inundasi mengakibatkan perubahan muka air laut sehingga berakibat pada perubaha garis pantai.
Fenomena ini berakibat pula pada kehidupan masyarakat yang tinggal di pesisir baik dari segi sosial, ekonomi, maupun psikologi.
Hilangnya Desa Bedono menjadi bukti keteledoran manusia yang membuat alam rusak.
Kehebohan wilayah-wilayah yang diprediksi bakal tenggelam mencuat setelah Presiden Amerika Joe Biden mengingatkan Jakarta yang akan tenggelam dalam 10 tahun ke depan.
Baca Juga: Prediksi Jakarta Tenggelam di Mata Pakar Tata Ruang UGM
Sementara peneliti dari Institut Teknologi Bandung Heri Andreas, mengatakan, ada 112 wilayah di tanah air terancam tenggelam. Salah satunya di Pantai Utara Jawa.
"Penurunan tanah di sana lebih cepat dan besar. Wilayah-wilayah di bawah lautnya juga bisa lebih besar dari Jakarta serta masih ada 112 kabupaten kota yang berpotensi untuk tenggelam mulai dari Pantai Timur Sumatera, Pesisir Kalimantan, Pantura Jawa, sedikit di Sulawesi dan Papua," kata Heri Andreas.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.