JAKARTA, KOMPAS.TV - Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyebut vaksin Covid-19 jenis Sinovac halal dan tayib atau baik untuk umat Muslim.
Pernyataan itu UAH sampaikan melalui kanal YouTube pribadinya Adi Hidayat Official sebagai upaya untuk menyosialisasikan program vaksinasi Covid-19.
"Apa pun yang kita konsumsi baik langsung dari mulut kita, atau yang disuntikan dari bagian tubuh atau semisal yang lainnya, maka secara umum konstruksi hukumnya harus berada dalam satu frame utama yang disebut dengan halal dan tayib," kata UAH, dikutip Kompas TV, Jumat (30/7/2021).
UAH menjelaskan halal dan tayib merupakan elemen penting bagi umat Muslim sebelum menerima dan mengonsumsi sesuatu hal yang masuk ke dalam tubuh.
Baca Juga: Tips Jitu agar Terhindar dari Hoaks Soal Covid-19 dan Vaksinasi di Media Sosial
Terlebih dua hal tersebut telah diatur dalam Al-Qur'an, sebagaimana berikut:
Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (Q.S. Al Baqarah ayat 168)
Lebih lanjut UAH menerangkan, halal berarti barang yang dikonsumsi atau digunakan tidak bermasalah secara syariat. Terutama dilihat dari bahan yang digunakan dan cara memerolehnya.
"Bahannya suci tidak menggunakan sesuatu hal yang diharamkan dalam Islam. Serta baik cara memerolehnya bukan didapat dari hasil mencuri," terang UAH.
Perlu diketahui, dikutip dari Fatwa MUI bahwa vaksin Sinovac diproduksi dengan platform virus yang dimatikan dan fasilitas produksi hanya digunakan untuk produksi vaksin Covid-19.
Baca Juga: Rumah Peneliti Wanagama UGM Disulap Jadi Selter Covid-19 di Gunungkidul
Selain itu disebutkan tidak ada penggunaan bahan turunan babi dan bahan yang berasal dari bagian tubuh manusia pada seluruh tahapan produksi. Oleh karenanya, vaksin Sinovac dapat dikatakan halal.
Sementara tayib atau kebaikan, menurut UAH bisa dilakukan dengan kejujuran calon penerima vaksin.
Pasalnya, kondisi tubuh setiap orang pasti berbeda, sehingga UAH mengimbau umat yang akan menerima harus bersinergi dan bekerja sama. Dalam hal ini jujur tentang keadaan kesehatannya, sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan yang baru.
"Jadi di sini jelas untuk Sinovac kehalalan sudah dipastikan dari penelitian MUI ini tidak ada masalah. Tapi ketayiban, hati-hati, ini sesuai dengan kondisi tubuh. Artinya di sini penting bersinergi, bekerja sama dalam program vaksinasi ini," katanya.
Sebab itu UAH mengusulkan agar dalam tahap proses vaksinasi pemerintah melibatkan tenaga kesehatan, satuan tugas, hingga ulama atau ustaz untuk menjelaskan berbagai aspek terkait vaksin kepada masyarakat.
Baca Juga: Koalisi Masyarakat Sipil Pastikan Pendapat ICW Soal Moeldoko dan Ivermectin Didukung Data dan Fakta
Pada sisi lain, masyarakat pun harus terbuka tentang keadaan kondisi tubuhnya sehingga tidak terjadi hal yang diinginkan setelah divaksin. Menurut UAH adanya temuan kasus warga yang meninggal setelah di vaksin juga harus menjadi bahan evaluasi bersama.
"Ini pelajaran untuk mencapai tayib. Yang penting semua jujur, yang memvaksinasi yang divaksinasi. Semua sinergi, kita sepakat Covid-19 ada, dirasakan, banyak yang menjadi korban, walaupun ada perbedaan pendapat tentang dari mana datangnya, apa sebabnya mengatasinya bagaimana. Tapi ini harus kita tangani, makanya saya mengajak semua bersinergi," katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.