Sementara itu, usulan status daftar merah IUCN untuk jenis baru itu didasarkan pada data yang terbatas dan membutuhkan survei intensif untuk justifikasi yang lebih kuat.
Baca Juga: Ilmuwan Pastikan Temuan Spesies Baru Dinosaurus di Xinjiang China
Lewat publikasi jenis baru Chirixalus pantaiselatan sp. nov. tersebut juga ditemukan jenis katak lain yang belum pernah dilaporkan dari Jawa, yakni Polypedates macrotis (Katak-panjat telinga-hitam).
Sebelumnya, di Indonesia jenis tersebut hanya tercatat dari wilayah Kalimantan dan Sumatera, sehingga kehadirannya di Jawa merupakan catatan baru.
Untuk diketahui, Tim Go ARK terdiri dari mahasiswa dan komunitas penelitian yang melakukan pengamatan dan melaporkan amfibi dan reptil di sepanjang Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sulawesi.
Observasi di hutan dataran rendah bagian selatan Jawa Barat melibatkan empat penulis sekaligus peserta Go ARK yaitu Umar Fhadli Kennedi, Mohammad Ali Ridha, Dzikri Ibnul Qayyim, dan Rizky Rafsanzani.
Mereka menjumpai jenis rhacophorid yang menyerupai genus Chirixalus.
Ihwal penemuan tersebut, Amir menyoroti pentingnya partisipasi publik dan keterlibatan ilmiah profesional dalam pemantauan keanekaragaman hayati.
"Pengetahuan dan keterlibatan masyarakat dapat memberikan data empiris tentang skala spasial yang belum pernah terjadi sebelumnya," tuturnya.
Kurangnya informasi keanekaragaman hayati seperti distribusi, populasi, dan informasi habitat dari spesies adalah masalah serius dalam program konservasi keanekaragaman hayati di negara berkembang seperti Indonesia.
"Partisipasi publik yang dikelola dengan baik akan dapat membantu menyelesaikan masalah ini di masa depan," pungkas Amir.
Baca Juga: Spesies Baru Kodok dari Ekuador Ditemukan, Ilmuwan Beri Nama Led Zeppelin
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.