Baca Juga: Menilik Strategi Pemerintah Atasi Kenaikan Angka Kematian Pasien Covid-19 Isoman di Rumah
“Salah satu 'penyesuaian' terbaik adalah bentuk PPKM setidaknya tetap seperti sekarang, tetapi semua sektor terdampak mendapat bantuan sosial,” ujar Tjandra.
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara ini mengingatkan, PPKM perlu kembali berlanjut mengingat angka kematian Covid-19 masih tinggi.
“Angka kematian masih terus tinggi dan bahkan meningkat, sudah lebih 1500 orang sehari dengan PPKM sekarang ini. Dalam hal ini tentu perlu untuk diantisipasi kemungkinan kenaikan kematian lagi kalau PPKM dilonggarkan,” kata Tjandra.
Apalagi, test positivity rate Covid-19 dalam beberapa hari terakhir ada di sekitar angka 25%.
Bahkan positivity rate bisa mencapai lebih dari 40%, bila melihat data tes PCR.
Seperti diketahui, batas aman positvity rate oleh WHO adalah maksimal 5%.
“Kita juga berhadapan dengan varian Delta yg angka reproduksinya (Ro atau mungkin Rt) nya dapat sampai 5,0 - 8,0. Artinya potensi penularan di masyarakat masih amat tinggi sekali,” jelas Tjandra.
Baca Juga: Minta Pemda Ikut Salurkan Bansos, Mendagri Tito Sebut akan Berkunjung ke Daerah Seret Bantuan
Tjandra meminta pemerintah mempertimbangkan pula bahwa pelonggaran PPKM dapat membuat makin banyak orang terpapar Covid-19 dan meninggal.
Menurut Tjandra, hal ini juga akan menambah beban rumah sakit dan fasilitas kesehatan, sehingga menjadi rentan kolaps.
“Pada ujungnya, kemungkinan dampak pada roda ekonomi juga kalau kasus jadi naik tidak terkendali. Jangan sampai pelonggaran diberikan karena alasan ekonomi dan lalu situasi epidemiologi jadi memburuk maka dampak ekonominya malah bukan tidak mungkin jadi lebih berat lagi,” tegas Tjandra.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.