JAKARTA, KOMPAS.TV - Dr Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan kesehatan WHO mengungkapkan virus Covid-19 varian Delta merupakan jenis mutasi yang tercepat dan terkuat.
"Tidak ada varian yang benar-benar menemukan kombinasi penularan dan kematian yang tinggi, tetapi Delta adalah varian yang paling cepat dan terkuat dari varian-varian lain," kata dia, dikutip dari CNBC.
Varian ini disebut memiliki potensi yang fatal karena penularan yang sangat cepat.
Individu yang rentan, jelas Mike akan sakit dan harus dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Kasus Covid Tembus 20 Ribu, IDI: Varian Delta Menular 10x Lebih Cepat
"Varian ini memiliki potensi lebih mematikan karena lebih efisien dalam cara penularan dan pada akhirnya akan menemukan individu-individu rentan yang akan menjadi sakit parah, harus dirawat di rumah sakit dan berpotensi mati," jelas dia.
Dr Jeannette Young, Kepala Petugas Kesehatan Queensland menjelaskan varian Delta diindikasikan dapat menular hanya dengan kontak singkat.
"Durasi yang diperlukan hanya sekitar 5-10 detik," sambungnya.
Saat ini Indonesia tengah berjuang dalam menekan kasus Covid-19 yang kian bertambah setiap harinya.
Ditambah varian Delta yang telah masuk ke Indonesia, membuat pemerintah memberlakukan penguatan PPKM mikro.
Baca Juga: Hadang Varian Delta, Vaksinasi Covid-19 Dikerahkan ke Seluruh Inggris
Dicky Budiman, Epidemiolog Griffith University Australia mengungkapkan protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) saja tidak cukup untuk melindungi infeksi Covid-19 varian apa pun.
Dia menegaskan protokol kesehatan harus ditambah menjadi 5M; menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.
Protokol kesehatan 5M yang disarankan epidemiolog:
"Apa pun variannya (Covid-19), 5M itu efektif kalau diterapkan dengan sungguh-sungguh dan konsisten, secara kualitas dan kuantitas," jelas Dicky seperti dikutip dari Kompas.com, Sabtu (26/6/2021).
Baca Juga: Epidemiolog: PPKM Harus Dimonitor Tiap Jam Setiap Harinya
Menggunakan masker, jelas Dicky, sangat berpengaruh untuk melindungi diri sendiri dan orang lain di tengah merebaknya Covid-19 yang mengganas.
Dicky berharap penerapan PPKM mikro yang kembali digelar ini dilakukan secara serius.
Pasalnya sejauh ini Dicky belum melihat pengawasa PPKM secara maksimal contohnya pemantauan terkait WFH.
"Misalnya WFH, semua terapkan dan bener-bener yang 25 persen bekerja di kantor ini adalah tidak punya risiko, baik komorbid maupun usia yang membuatnya rentan. Karena kalau 25 persen dan semuanya berisiko ya salah besar," lanjutnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.