SOLO, KOMPAS.TV- Pada hari ini, tepat pada tanggal 25 Juni, dunia memperingati Hari Pelaut. Banyak hal sudah dilakukan para pelaut untuk perkembangan zaman. Lantas bagaimana tanggal 25 Juni bisa ditetapkan sebagai Hari Pelaut Sedunia?
Melansir laman resmi Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kamis (24/6/2021), Hari Pelaut Sedunia pertama kali diperkenalkan pada Amandemen Manila bulan Juni tahun 2010 yang mengadopsi revisi besar terhadap Konvensi STCW dan Kode terkait.
Pada kesempatan ini Konferensi Diplomatik sepakat bahwa kontribusi yang dibuat oleh para pelaut untuk perdagangan internasional harus diakui dan diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pelaut Sedunia.
Konvensi STCW adalah konvensi internasional tentang standar latihan, sertifikasi, dan dinas jaga untuk pelaut yang menetapkan kualifikasi standar untuk kapten, perwira, dan petugas penjaga di atas kapal niaga yang berlayar.
Konvensi STCW dilahirkan pada 1978 dari konferensi Organisasi Maritim Internasional (IMO) di London dan mulai diterapkan pada tahun 1984.
Konvensi ini mengalami perubahan yang besar pada tahun 1995. Tanggal 25 Juni yang dipilih sebagai Hari Pelaut Sedunia merupakan hari di mana Amandemen tersebut secara resmi diadopsi.
Baca Juga: Jelang Hari Pelaut Sedunia 2021, Kemenhub Gelar Vaksinasi Covid-19 Gratis bagi Pelaut Indonesia
Hari Pelaut Sedunia pertama kali diperingati pada tahun 2011 saat IMO mengampanyekan dan menggalang dukungan dari seluruh masyarakat dunia untuk mengucapkan terima kasih kepada para Pelaut.
Pada tahun 2011 itu, IMO menggunakan bentuk kampanye online menggunakan jaringan media sosial seperti Facebook, Twitter, LinkedIn dan Youtube.
Pada hari ini, komunitas pelaut internasional kembali memperingati Hari Pelaut Sedunia. Peringatan Hari Pelaut Sedunia tahun 2021 akan mencanangkan tema “Seafarers: At the core of shipping’s future”.
Kontribusi Pelaut bagi Berkembangnya Perekonomian
Pelaut memiliki kontribusi penting dalam perdagangan dan perekonomian dunia. Oleh karena itu melalui Hari Pelaut Sedunia, masyarakat dunia memberikan pengakuan atas jasa mereka hingga
setiap tahun diselenggarakan peringatan sebagai bentuk pengakuan dan apresiasi atas kontribusinya.
Para pelaut dari seluruh dunia berperan sangat penting pada perdagangan global dan perekonomian dunia.
Baca Juga: Empat Tahun Sendirian di Atas Kapal yang Kandas, Pelaut Ini Akhirnya Bisa Pulang
Sebagai langkah persiapan, para pemangku kepentingan menggelar pertemuan virtual Intersessional Discussion on Covid 19: Responsesof ASEAN member States to Seafarer Acces to Crew Change, Repatriation, and National Vaccination Programmes selama 2 (dua) hari tanggal 27 hingga tanggal 28 Mei 2021 lalu.
Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, mengapresiasi dan turut terlibat dalam pertemuan (virtual) tersebut, yang diikuti 9 negara ASEAN, 3 dialogue partners (FASA, Korea Selatan, dan China), ASEAN dan IMO sebagai badan agensi khusus PBB serta Federasi Asosiasi Pemilik Kapal ASEAN dengan Thailand bertindak sebagai tuan rumah.
Dari pertemuan tersebut dihasilkan beberapa kesimpulan yang telah disepakati, bahwa pelaut merupakan pekerja kunci yang memiliki peranan terutama dalam perdagangan internasional serta komitmen untuk memfasilitasi pergantian awak kapal, repatriasi dan vaksinasi pelaut.
Delegasi Indonesia yang diketuai oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Capt Hermanta menyampaikan, Indonesia siap mendukung program-program ASEAN dan PBB terkait isu pelaut.
“Indonesia sepakat bahwa pelaut adalah pekerja kunci. Indonesia mengakui pentingnya peran pelaut sebagai tulang punggung perekonomian – sesuai maklumat IMO pada pertemuan The International Maritime Virtual Summit on Crew Changes tanggal 9 Juli 2020,” ujar Hermanta dikutip dari dephub.go.id.
Baca Juga: Terpaksa Tinggal di Kapal Kargo Sendirian selama 4 Tahun, Pelaut Ini Harus Berenang untuk Cari Makan
Wakil Ketua Delegasi Indonesia, Kasubdit Angkutan Laut Luar Negeri, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Yudhonur Setyaji menambahkan kontribusi transportasi dengan pelaut sebagai awaknya sangat berperan penting dalam dunia perdagangan internasional, yang saat ini 80 persen barang berdasarkan volume dan 70 persen berdasarkan nilai itu diangkut oleh kapal.
“Adanya pembatasan yang diberlakukan selama pandemi virus Corona di beberapa yurisdiksi memengaruhi rantai pasokan. Karena itu, perlu pembahasan bersama mengenai kepelautan terkait akses pelaut ke program perubahan kru, repatriasi, dan vaksinasi pelaut sangat penting,” jelas Yudho.
Ia mengungkapkan, dari pertemuan tersebut dunia internasional mengakui pentingnya Asia, khususnya Asia Timur dan Tenggara, sebagai sumber perdagangan utama, penyedia utama layanan pelabuhan dan pengiriman, serta sumber pemasok utama awak kapal untuk armada pedagang global dan menjadi area utama bagi awak kapal untuk melakukan perubahan dan pemulangan pelaut.
“Namun dampak pandemi Covid-19 yang belum selesai banyak pembatasan terhadap transportasi laut, seperti proses penggantian crew dan repatriasi ini sedikit terganggu,” ujarnya.
Baca Juga: Nikmatnya Makan Siang Bersama Para Pelaut di KRI DEWARUCI
Seraya menambahkan, hal tersebut dipastikan merugikan kesehatan mental dan fisik pelaut yang menyebabkan dampak buruk pada keselamatan pelayaran dan mempengaruhi pemulihan perdagangan barang dan menyebabkan penurunan perdagangan jasa karena terganggunya sektor perjalanan.
Karena itu, lanjut Yudho, setiap negara berkomitmen untuk mementingkan kesehatan para pelaut. Sebab mereka adalah pekerja kunci yang dapat menjaga pasar tetap terbuka untuk perdagangan dan investasi, guna memperkuat ketahanan dan keberlanjutan rantai pasokan regional dan mempertahankan arus barang dan jasa yang diperlukan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.