SOLO, KOMPAS.TV - Ahli Patologi Klinik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK., Ph.D, mengatakan bahwa mutasi virus corona yang dianggap begitu 'ganas' itu ternyata masih bisa dilawan dengan protokol kesehatan dan memperkuat upaya 3T (testing, tracing, dan treatment).
Kata Tanong, 3T itu perlu diperketat kala cakupan vaksin belum bisa berefek signifikan.
“Sampai saat ini cara penularan (varian Delta) belum berubah, tetap lewat mata, mulut, dan hidung,” jelasnya dilansir dari Kompas.com, Minggu (20/6/2021).
Baca Juga: Covid-19 Varian Delta Diperkirakan Sudah Masuk Karawang, Dinkes Bandung Sebut Itu Warning
Saat ini yang harus dilakukan oleh masyarat, kata Tonang, adalah harus selalu disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Karena protokol itu, maka kesempatan virus masuk ke tubuh manusia semakin kecil.
“Mau apapun mutasi virusnya, apapun variannya, yang penting adalah tidak masuk ke tubuh kita. Protokol kesehatan itu kunci utamanya. Hati-hati dan waspada,” tuturnya.
Semakin lengkap paket protokol kesehatan yang dilakukan, maka kian kecil pula peluang virus bisa masuk ke dalam tubuh manusia.
Lalu apakah tetap perlu vaksinasi?
Tonang menegaskan, masyarakat yang memenuhi persyaratan tentu tetap butuh vaksinasi karena tidak mungkin protokol kesehatan diberlakukan secara ketat dalam jangka lama.
“Maka perlu vaksinasi agar saatnya nanti kombinasi keduanya mampu menekan benar penyebaran virus,” terangnya.
Setelah itu, tambah Tonang, protokol kesehatan dapat dilonggarkan.
Misalnya, cuci tangan tetap dilanjutkan, tapi masker bisa hanya dipakai pada kondisi berisiko dan kegiatan sosial bisa lebih nyaman dijalankan tanpa jarak terlalu lebar.
“Tapi itu nanti, masih perlu waktu, masih perlu bukti keseriusan kita. Tanpa itu semua, maka risiko ‘rebond’ selalu ada,” timpal dia.
Baca Juga: Empat Singa di Kebun Binatang India Dipastikan Terinfeksi Varian Delta Covid-19
Dia mengidentifikasi bahwa setidaknya ada lima faktor penyebab lonjakan tinggi kasus Covid-19 terjadi di India pada Maret, April, dan Mei.
Yakni, protokol kesehatan melonggar, banyak kerumunan, jumlah testing menurun, cakupan vaksinasi masih rendah, dan ada varian mutasi virus.
Seperti diberitakan, kasus infeksi virus Covid-19 di Indonesia terus meningkat belakangan. Hal itu tidak terlepas dari munculnya beberapa varian virus corona baru yang diidentifikasi lebih mudah menginfeksi dan menyebar.
Dari sekian banyak varian baru hasil mutasi virus SARS-CoV-2, varian Delta disebut paling mudah menular.
Varian Delta atau dikenal juga dengan virus corona B.1.617.2 pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020.
Sekarang, varian virus ini sudah masuk ke Indonesia dan menulari puluhan orang warga di beberapa daerah, seperti Kudus, Jawa Tengah (Jateng), dan Jakarta.
Baca Juga: RSLI Surabaya Rawat 4 Pasien Covid-19 Varian Delta
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.