KOMPAS.TV - Marak tersebar berita dan informasi soal peretasan sejumlah eks pimpinan KPK lintas periode, termasuk di dalamnya juga meretas pegiat antikorupsi.
Siapa yang melakukan dan dalam tujuan apa?
Pertanyaan yang tak mudah terjawab, termasuk jawaban dengan menggunakan perangkat apa?
Bermula pada Konferensi Pers yang digelar pada Senin pekan lalu secara daring (online).
Sejumlah eks pimpinan KPK, di antaranya Busyro Muqoddas sang Ketua KPK 2010-2011, Abraham Samad, Adnan Pandu Praja, Saut Situmorang dan Bambang Widjojanto hadir di dalamnya.
Baca Juga: Diprediksi 18 juta Orang Mencoba Tetap Nekat Untuk Mudik – AIMAN (5)
Selain itu ada pula sejumlah pegiat antikorupsi yang tergabung dalam Indonesia Corruption Watch (ICW).
Pada saat konferensi pers berlangsung ada-ada saja kejadiannya.
Mulai dari moderatornya, Nisa Zonzoa yang tiba-tiba dipesankan makanan lewat aplikasi online-nya.
Dari Seblak Sampai Robocall
“Ada seblak level 5, Pizza, Dim sum, dan banyak lagi. Sebagian sampai ke saya, dan saya bayar. Tapi sebagian yang lain dibayar oleh driver ojek onlinenya, karena sang ojek menolak untuk saya bayar, ‘biar saya makan mbak,’ kata dia," ungkap Nisa kepada saya di Program AIMAN yang tayang setiap Senin pukul 8 malam di KOMPAS TV.
Tak berhenti, sejumlah pelaku peretasan yang bergerak secara siluman ini juga masuk ke link zoom dan mengacaukan.
Baca Juga: Bangunan Tidak Terpakai Selama 50 Tahun Untuk Isolasi Pemudik Nekat – AIMAN (4)
Di antaranya mematikan mikrofon dan video sejumlah pimpinan KPK dan peserta, hingga menampilkan video porno di tengah-tengah zoom meeting berupa konferensi pers.
Sejumlah aktivis yang lain juga mendapat serangan berlanjut.
Di antaranya mendapat Robocall, alias telepon bertubi-tubi dari berbagai nomor.
Uniknya, kali ini berasal dari satu operator saja.
Pegasus & Finfischer
Memang ada sejumlah perangkat yang memungkinkan melakukan peretasan untuk masuk ke dalam aplikasi korban yang dijadikan target.
Spyware nama perangkatnya dan ada berbagai macam.
Salah satu yang terkenal adalah Finfischer, yang bisa dijual di pasar gelap dan siapa pun bisa membelinya dengan harga belasan juta hingga di atas 20 miliar rupiah.
Baca Juga: Penangkapan Munarman Dengan Menutup Mata, Sesuai Prosedur? - AIMAN
Dalam situs citizenlab.ca, yang merupakan situs semacam aktivis HAM internet, terdeteksi aktivitas Finfischer marak di Indonesia, entah siapa yang menggunakan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.