Pembentukan awan cumulonimbus terjadi di bagian bawah troposfer, yaitu lapisan atmosfer yang berada paling dekat dengan permukaan bumi.
Awan ini tercipta karena adanya penguapan dan efek rumah kaca sehingga menghasilkan udara hangat pada sekitar troposfer.
Gesekan antara udara dan permukaan bumi menyebabkan turbulensi yang ketika bertemu dengan panas yang tersimpan dari matahari dapat memicu terjadinya sebagian besar fenomena cuaca.
Kondisi di atas memicu adanya pertumbuhan awan cumulonimbus di sejumlah wilayah Indonesia.
Awan cumulonimbus sering disebut sebagai salah satu penyebab utama kecelakaan pesawat. Salah satunya, meski masih diselidiki penyebab pastinya, kejatuhan pesawat Sriwijaya Air JT 182 beberapa waktu lalu.
Presentase awan Cumulonimbus Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75 persen (OCNL atau Occasional) diprediksi terjadi pada 10-16 Mei 2021.
Pertumbuhan awan Cumulonimbus diprediksi terjadi di wilayah berikut: Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Laut Jawa, Laut Sulawesi, Selat Makassar, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Laut Banda, Papua Barat, Papua.
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode pancaroba seperti hujan secara sporadis, lebat dan durasi singkat, disertai petir dan angin kencang, bahkan hujan es.
Hal ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.
Baca Juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini untuk Minggu 9 Mei 2021, 19 Wilayah Berpotensi Cuaca Ekstrem
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.