"Kita melihat banyak risiko Kabupaten/Kota dengan kriteria rendah itu berubah menjadi kabupaten risiko sedang dan tinggi. Ini menjadi catatan kita berarti daerah-daerah yang tadinya sudah berisiko rendah kembali terjadi penambahan kasus," kata Nadia.
Perubahan peta zonasi risiko tersebut diperkirakan lantaran adanya peningkatan mobilitas masyarakat.
Dari pantauan Kemenkes, sejak awal April terjadi pergerakan masyarakat ke sejumlah lokasi.
Bahkan, sepekan terakhir muncul klaster baru Covid-19 di antaranya klaster perkantoran, klaster buka bersama, klaster tarawih di Banyumas, Jawa Tengah, klaster mudik di Pati Jawa Tengah, dan klaster takziah di Semarang.
"Tentunya ini mengkhawatirkan kita karena kemungkinan terjadinya superspreader pada cluster ini. Jumlah orang yang positif dalam waktu yang singkat, dikarenakan interaksi yang kemudian tidak dijalankan dengan protokol kesehatan yang ketat, yang menyebabkan munculnya kasus positif di berbagai cluster ini," tutur Nadia.
Pada klaster tarawih di Banyumas sendiri, Nadia menerangkan, terdapat 51 orang positif Covid-19.
Adapun ke-51 orang yang dinyatakan positif tersebut tertular pada saat pelaksanaan sholat tarawih di dalam dua masjid berbeda.
"Ada satu jamaah yang memang sudah positif Covid-19, jamaah tersebut walaupun sedang sakit tapi tetap berangkat tarawih. Hal ini menjadi perhatian kita bahwa demi keselamatan kita harus melakukan protokol kesehatan. Jika kita dalam kondisi kesehatan yang kurang baik tentunya kita tunda sampai kita sehat untuk berangkat tarawih ataupun melakukan aktivitas bersama jamaah lainnya," ujar Nadia.
Baca Juga: Muncul Klaster Tarawih dan Bukber, Kemenkes Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Superspreader
Nadia menegaskan, kebijakan relaksasi dari pemerintah untuk pelaksanaan ibadah di bulan Ramadan harus dibarengi pelaksanaannya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Kemudian pada klaster buka bersama dimana pada saat makan dan berbicara menjadi faktor yang memungkinkan terjadinya penularan virus Covid-19.
Oleh karena itulah, lanjut Nadia, perlu dilakukan antisipasi untuk melihat terjadinya gelombang penambahan kasus di beberapa negara.
Misalnya di Jepang yang selama tiga bulan lalu mampu menekan laju pertambahan kasus, kini juga mulai terjadi lonjakan hampir 1.000 kasus perhari.
Nadia berharap hal tersebut tidak akan terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.