JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat Indonesia telah mengalami ribuan bencana sepanjang tahun hingga Senin (26/4/2021) hari ini.
Data dari Geoportal Data Bencana Indonesia BNPB menyebut ada 1.185 kejadian bencana sepanjang tahun ini sejak 1 Januari 2021.
Bencana yang paling banyak melanda adalah banjir dengan jumlah 495 kejadian. Puting beliung (334 kejadian) dan tanah longsor (227 kejadian) menjadi bencana terbanyak setelah banjir.
Baca Juga: Satgas: Setiap Jam, 4 Orang Indonesia Meninggal Karena Covid-19
BNPB juga mencatat 95 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla), 17 gempa bumi, 16 gelombang air laut pasang atau abrasi, serta 1 kekeringan.
Akibat berbagai bencana itu, jutaan orang menjadi korban. Korban meninggal mencapai 478 jiwa. Sementara, 12.897 orang mengalami luka-luka dan 61 orang lainnya hilang.
Bencana sepanjang tahun juga membuat 5.040.854 orang terpaksa mengungsi atau mengalami kerugian fisik serta materiil.
Provinsi terbanyak yang mengalami bencana adalah Jawa Barat dengan 302 kejadian. Jawa Tengah dan Jawa Timur menyusul dengan masing-masing 160 kejadian bencana dan 165 kejadian.
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana ini, Doni Monardo mengingatkan pentingnya pencegahan dan mitigasi untuk mengurangi korban.
“Pencegahan dan mitigasi harus menjadi ruh kesiapsiagaan bencana. Sebuah ruh yang mengubah paradigma penanggulangan bencana dari responsif menjadi preventif,” kata Doni saat membuka simulasi evakuasi bencana gempa bumi, Senin (26/4/2021), dilansir dari bnpb.go.id.
Ia juga menyebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun berpesan soal pentingnya pencegahan sebelum terjadinya bencana.
Baca Juga: Prakiraan Senin 26 April 2021, BMKG Sebut Sebagian Wilayah Ini Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem
“Seperti pesan Bapak Presiden Joko Widodo, pencegahan, pencegahan dan pencegahan. Dalam kesempatan ini, saya kembali tegaskan pentingnya pencegahan dan mitigasi dalam upaya penanggulangan bencana. Mitigasi harga mati,” ujar Doni.
Doni mengatakan, masyarakat saat ini dapat belajar dari berbagai kearifan lokal untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Laki-laki kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu memberi contoh kisah sepasang suami istri di Maumere, Nusa Tenggara Timur.
Suami istri bernama Baba Akong dan Mama Nona menanam mangrove usai tsunami tahun 1992. Mereka berhasil mengelola 40 hektar hutan mangrove sebagai bentuk kesadaran mitigasi bencana tsunami.
Doni Monardo juga menyebut kearifan lokal “smong” di Kabupaten Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam.
“Sejak tsunami yang merenggut banyak korban tahun 1907, mereka menciptakan budaya tutur melalui lagu 'smong' yang artinya tsunami dan terbukti pada tsunami tahun 2004, sebagian besar dari mereka selamat,” tutur Doni.
Baca Juga: Belajar dari Tsunami Corona di India, Protokol Kesehatan jangan Kendor
Dari berbagai pengalaman dan kearifan lokal itu, Doni berharap masyarakat Indonesia dapat mulai melakukan latihan evakuasi bencana secara mandiri.
“Saya berharap masyarakat semakin tangguh, tanggon dan trengginas menghadapi bencana,” katanya.
"Lebih dari itu, muncul kesadaran dari lubuk hati yang paling dalam pada setiap warga negara tentang pentingnya sadar bencana dengan protokol kesehatan yang ketat mengingat pandemi COVID-19 belum berakhir," pungkas Doni.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.