Mengutip Badan Meteorologi Australia, badai itu terbentuk tiga hari sebelumnya di Laut Banda. Bibit badai makin menguat sambil bergerak ke barat dan barat daya.
Badai lalu mengarah ke arah selatan hingga menghantam Pulau Flores. Badai ini menyebabkan hujan lebat di seluruh pulau dan menimbulkan banjir bandang.
Akibatnya, 1.653 orang tewas dan berbagai rumah serta bangunan rusak parah. Hal ini membuat badai Flores menjadi badai paling mematikan di bagian bumi Selatan.
Melansir Nature, badai Flores itu menewaskan korban jauh lebih banyak dari badai Idai di Mozambik pada 14 Maret 2019 silam.
Jennifer Fitchett, asisten profesor biometeorologi Universitas Witwatersrand di Afrika Selatan menjelaskan, ada 7 faktor penyebab badai tropis. Di antaranya badai tropis terbentuk akibat suhu hangat permukaan air laut, kelembaban yang tinggi, dan ketidakstabilan di atmosfer.
Fitchett menyebut, krisis iklim juga berperan menyebabkan badai tropis. Menurutnya, ada sedikit penurunan jumlah badai tropis dalam waktu 70 tahun ke belakang.
Baca Juga: Gubernur NTT Copot Thomas Bangke sebagai Kepala BPBD NTT, Alasannya: Lamban Tangani Bencana
Namun karena permukaan laut memanas, badai yang terbentuk dapat menguat dengan cepat hingga membahayakan masyarakat. Di negara-negara miskin, badai juga berdampak pada kesehatan masyarakat.
Malnutrisi dan penyakit menular di tengah korban badai sering menewaskan pengungsi. Namun, hal ini jarang tercatat sebagai akibat badai.
"Semua itu akan terjadi enam bulan dari sekarang. Dan enam bulan dari sekarang, orang kehilangan minat," kata Fitchett.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.