Baca Juga: 5 Tips Atasi Susah Tidur Meski Mata Sudah Mengantuk
Namun, Cathy Goldstein, asisten profesor neurologi Pusat Gangguan Tidur Michigan memberi catatan, penelitian ini bergantung akurasi prediksi dari alat pelacak tidur.
Sementara, Sen menyatakan, tidur bukan satu-satunya hal yang meningkatkan risiko depresi. Faktor lain seperti pengalaman hidup sebelumnya, pengalaman tertekan, faktor psikologis dan genomik juga ikut berpengaruh.
Meski begitu, temuan ini tetap penting tentang pentingnya tidur untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Melansir Daily Science, hasil penelitian ini menambah bukti bahwa tidur memang berhubungan dengan suasana hati harian dan risiko depresi jangka panjang.
“Temuan ini menyoroti konsistensi tidur sebagai faktor yang kurang dihargai untuk mengatasi masalah depresi dan kesehatan,” kata Sen.
Sebelumnya, beberapa penelitian juga menunjukkan bahaya tidur tak teratur. Sebuah penelitian oleh tim ilmuwan Harvard University Amerika Serikat menemukan, tidur tak teratur meningkatkan risiko penyakit jantung.
Baca Juga: Mengenal Antisosial atau Ansos, Gangguan Kepribadian Berbahaya yang Salah Dipahami
Dari total 1.992 relawan penelitian, 111 orang yang sering tidur teratur mengalami serangan jantung atau stroke atau bahkan meninggal karena penyakit jantung. Temuan ini berdasarkan pantauan tim peneliti selama 5 tahun.
“Kami berharap penelitian kami akan membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pola tidur yang teratur dalam meningkatkan kesehatan jantung. Ini adalah batas baru dalam pengobatan tidur,” kata Tianyi Huang, pimpinan tim peneliti, dikutip dari nih.gov.
Menurut penelitian Tianyi Huang lainnya, orang yang tidur tak teratur dapat meningkatkan risiko kolestorel tinggi, hipertensi, gula darah tinggi dan berbagai gangguan metabolisme tubuh.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.