Budi menuturkan, kasus Covid-19 sedang meningkat saat ini di India. Sebab itu, pemerintah India tidak mengizinkan vaksin Covid-19 keluar dari negaranya.
"Sebab AstraZeneca ini paling besar dibikin di India. Karena inilah, Covax-GAVI merealokasikan lagi pembagiannya. Sehingga mereka menunda pengiriman untuk Maret-April,” ucap Budi.
Sebelumnya, Indonesia telah mendapatkan kiriman 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca gratis melalui skema pengadaan oleh Covax-GAVI.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah telah habis membagikan jutaan dosis vaksin AstraZeneca itu ke tujuh provinsi. Sebanyak 1,1 juta dosis tersebut seluruhnya akan berguna untuk vaksinasi Covid-19 dosis pertama.
"Ini semua sudah dibagi habis 1,1 juta ke Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali, NTT, Kepulauan Riau, Maluku dan Sulawesi Utara," kata Nadia, Senin (22/3/2021), dikutip dari Kompas.com.
"Semuanya untuk vaksinasi dosis pertama," tambah Nadia.
Langkah ini menyesuaikan masa kedaluwarsa dari 1,1 juta dosis vaksin itu yang akan jatuh tempo pada akhir Mei 2021.
Baca Juga: CDC: Dua Minggu setelah Dosis Kedua Vaksin Covid-19 Dapat Berkumpul Tanpa Masker
Vaksinasi Covid-19 di Indonesia sendiri masih jauh dari target pemerintah. Pemerintah menargetkan akan menyuntikkan 1 juta dosis vaksin setiap hari. Namun, Indonesia kini baru bisa melakukan vaksinasi sebanyak 400 ribu dosis per hari.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kondisi ini terjadi karena masih ada 36 persen masyarakat masih tidak percaya covid-19. Selain itu, keterbatasan petugas vaksin juga membuat laju vaksinasi berjalan lambat.
Menurut Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo, lambatnya laju vaksinasi Covid-19 dapat menggagalkan herd immunity atau kekebalan kelompok.
Sejumlah ahli memprediksi imunitas karena vaksin ini bertahan selama enam bulan sampai satu tahun setelah penyuntikan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.