Soal foto selfie dan KTP, Rosihan mengatakan bahwa hal tersebut hanya untuk memeriksa apakah KTP yang dikirimkan benar-benar milik yang bersangkutan atau tidak.
Rosihan mengimbau kepada pelamar kerja untuk selektif dalam mengirimkan lamarannya kepada perusahaan tertentu. Masyarakat perlu memastikan apakah perusahaan yang akan dilamar itu asli atau palsu.
“Sebaiknya dicek dulu company profile-nya, satu-satunya cara lewat website saja,” kata Rosihan.
Baca Juga: 20 Aplikasi Paling Aman dan Tak Ambil Data Pribadi Penggunanya, Ada Bigo Live dan Signal
Rosihan menambahkan bahwa jika perusahaan tidak memiliki website atau media sosial, masyarakat patut mencurigainya.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengecek perusahaan adalah dengan menggunakan penelusuran Google menggunakan kata kuncu “nama perusahaan” dan “penipu”. Jika perusahaan tersebut abal-abal, maka akan muncul laman testimoni orang-orang yang pernah tertipu.
Selain itu, Rosihan juga memberikan cara paling ampuh mengecek keaslian perusahaan.
“Memang yang paling tepat adalah langsung cek ke lokasi perusahaan, benar atau tidaknya,” katanya.
Sementara itu, pemerhati keamanan siber dan staf Engagement and Learning Specialist di Engange Media, Yerry Niko Borang, mengatakan bahwa data pribadi banyak diperjualbelikan di internet.
“Saya sendiri menganggap data-data ini sudah beredar luas di internet dan diperjualbelikan, artinya hampir semua data warga sebenarnya sudah bocor,” ujar Yerry.
Baca Juga: Ini 20 Aplikasi yang Paling Banyak Lacak Data Pribadi Pengguna, Apa Saja?
Menurutnya, dibutuhkan cara yang sistematik untuk menghentikan kebocoran data pribadi.
“Disini perlu protokol atau aturan. Inilah pentingnya DPR dan pemerintah mengesahkan UU Perlindungan Data Pribadi," ujarnya.
Jika ada tindakan hukum, kata Yerry, maka akan ada efek jera lantaran ada sanksi hukum jika seseorang membocorkan ataupun menjualnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.