JAKARTA, KOMPAS.TV - Banyak pekerja pabrik di Indonesia dan Malaysia pemasok perusahaan elektronik Samsung dan Apple menderita kanker dan keguguran. Sehari-hari pekerja terpapar bahan kimia di pabrik tanpa alat pelindung diri memadai.
Temuan ini berdasarkan penelitian Asia Monitor Resource Centre sepanjang November 2019 hingga Maret 2020.
“Pekerja perempuan pabrik elektronik di Indonesia dan Malaysia mengidap penyakit kanker, keguguran dan masalah kesehatan reproduktif lainnya,” tulis tim peneliti dalam rilis pers yang diterima Kompas TV, Minggu (21/2/2021).
Baca Juga: Malaysia Pulangkan Lagi 99 Pekerja Migran Indonesia Non Prosedural lewat PLBN Entikong
Dalam studi ini, peneliti mewawancarai 27 pekerja dan aktivis serikat buruh serta seorang dokter ahli kesehatan kerja. Penelitian berjalan di dua pabrik Indonesia dan dua pabrik Malaysia.
“Setiap hari, para pekerja terpapar oleh banyak bahan kimia berbahaya tanpa standar kesehatan dan keselamatan kerja yang baik dan tanpa dilengkapi alat pelindung diri yang memadai,” tulis tim peneliti, Astika Andriani Raharjo dan Rizal Assalam.
Tim peneliti menemukan penggunaan beberapa bahan kimia berbahaya, seperti toluene, methyl ethyl ketone (MEK) dan Di-ethylhexyl phthalate (DEHP) di pabrik-pabrik itu.
Menurut tim peneliti, bahan-bahan kimia ini dapat menyebabkan kanker, keguguran, dan cacat pada bayi yang baru lahir. Ada pula bahan kimia yang dapat merusak saluran pernapasan secara permanan, yaitu nitric acid dan sulphuric acid.
”Saya pernah mengalami keguguran selama saya bekerja di sini. Setelah Angel (rekan kerjanya) keguguran, tidak lama saya mengalami keguguran. Kejadian ini hampir terjadi bergantian oleh pekerja lainnya,” kata Ika (nama samaran), salah seorang pekerja yang diwawancarai tim peneliti.
Tim peneliti menyamarkan nama para pekerja dan pabrik untuk melindungi narasumber dari bahaya pemecatan.
Pekerja di pabrik Malaysia juga menderita karena berbagai macam kanker, seperti kanker rahim, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker darah leukimia.
Para pekerja mengaku tak mendapat informasi yang jelas tentang bahaya bahan-bahan kimia itu dari perusahaan. Tim peneliti menyebut, hanya satu pabrik yang terbuka memberi informasi soal material dan kandungan yang mereka gunakan dalam produk mereka.
Baca Juga: Lebih Tertarik Bangun Pabrik Mobil Listrik di India, Bagaimana Negosiasi Tesla dengan Indonesia?
“Banyak pekerja yang menderita kanker setelah bekerja selama 20 tahun di sini; banyak teman kami mengalaminya. Beberapa bahkan telah meninggal, meski kami tidak tahu persis penyebabnya,” ungkap Nola (nama samaran).
Para pekerja juga tak mendapat alat pelindung diri yang memadai untuk mengantisipasi bahaya karena bahan-bahan kimia itu.
Tim peneliti mencontohkan, ada pabrik yang memberi pekerjanya masker kain. Namun, masker ini tak dapat melindungi pekerja dari bahan kimia berbahaya.
“Terkadang alat pelindung diri perusahaan tidak berkualitas," kisah Idrawati Idrus, perwakilan Electronics Industry Employees Union (EIEU) Malaysia dalam peluncuran laporan riset itu, Minggu (21/2/2021).
Idrawati menceritakan, pekerja bahkan yang tak diperbolehkan membawa hand sanitizer untuk jaga-jaga di masa pandemi Covid-19. Pihak perusahaan takut hand sanitizer merusak produk.
"Perusahaan lebih mementingkan produk daripada keselamatan pekerja," tambah Idrawati.
Sementara, perwakilan Federasi Serikat Pekerja Aneka Sektor Indonesia (FSPASI) Herry Hermawan mengaku, memang sudah ada perbaikan selama 10 tahun terakhir. Namun, perbaikan itu belum signifikan.
“Sudah direspon oleh manajemen. Sampai saat ini belum serius dituangkan dalan perjanjian kerja," kata Herry.
Pengamat ketenagakerjaan dari Solidar Suisse, Sanjiv Pandita mengatakan selama ini berbagai studi lain menunjukkan perusahaan kerap melepaskan tanggung jawab.
“Perusahaan menyalahkan perilaku pekerja pabrik sebagai penyebab masalah kesehatan pekerja. Perusahaan tidak menyebut soal penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan pekerja,” kata Pandita.
"Karena keterbatasan, peneliti tidak mengukur durasi dan jumlah paparan bahan kimia sehari-hari di pabrik, sehingga hubungan sebab akibat antara paparan bahan kimia dan penyakit tidak bisa diklaim dengan jelas," kata Astika.
"Pekerja juga tidak pernah diberikan medical examination berkala oleh perusahaan, yang dibutuhkan untuk mengklaim bahwa penyakit mereka disebabkan bahan kimia," tambahnya.
Baca Juga: Sidang Perdana Pelemparaan Pabrik Tembakau Diwarnai Unjuk Rasa
Sebelumnya, pihak Samsung pernah terjerat kasus hukum karena hal sama di Korea Selatan. Co-President Samsung Kim Ki-nam meminta maaf kepada para pekerja pabrik semikonduktor yang menderita kanker pada Jumat (23/11/2018).
Kasus itu pertama terbongkar pada 2007. Pengadilan Korea Selatan memutuskan Samsung terbukti bersalah menyebabkan 16 jenis kanker, keguguran, dan penyakit bawaan bagi bayi.
Kompas TV telah menghubungi pihak Apple dan Samsung, tetapi belum menerima jawaban hingga berita ini ditulis.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.