JAKARTA, KOMPAS.TV- Bola panas tuduhan berpolitik praktis dan juga radikal kepada Prof. Dr. Din Syamsuddin yang dilontarkan Gerakan Anti Radikal (GAR) alumni ITB terus bergulir. Termasuk membuat sejumlah alumni Pondok Pesantren Gontor angkat bicara.
Menurut Ketua Umum Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG) Dr. KH. Zulkifli Muhadli, S.H., M.M tuduhan yang dilontarkan oleh GAR ITB adalah aneh bin ajaib.
“Sekaligus merupakan tindakan pembodohan kepada publik atau masyarakat luas,” imbuh dia seperti dilansir dari Tribunnews, Minggu (14/2/2021).
Baca Juga: Mengenal Din Syamsuddin: Dituding Radikal, Selamat Natal dan Disuruh Belajar Agama Lagi
Menurut Zulkifli, Prof Din adalah seorang tokoh Islam internasional bahkan sering berbicara di depan Sidang Umum PBB menyuarakan Moderasi Islam.
Kiai Zulkifli pun mengaku sangat mengenal Prof. Din Syamsuddin sejak tahun 1971, ketika keduanya sama-sama sebagai santri Gontor.
“Beliau seorang yang cerdas dan kritis dan selalu menghindari konflik,” imbuh Pimpinan Ponpes Al-Ikhlas, Taliwang, NTB ini.
Kai Zulkifli bahkan menganggap, sikap kritis Pak Din pada rezim seharusnya dilihat sebagai pil pahit yang bisa menyelamatkan bangsa ini.
Baca Juga: Ternyata Jubir Presiden Fadjroel Rachman Anggota Aktif GAR-ITB yang Laporkan Din Syamsuddin
“Jika semua sikap kritis pada kezaliman dan menyuarakan kebenaran disamakan dengan radikalisme maka kita semua harus radikal untuk kebaikan bersama,” tegas dia.
Tak jauh beda disampaikan Pimpinan Pesantren Darunnajah Jakarta, Dr. KH. Sofwan Manaf. Menurutnya, kritik yang disampaikan Din Syamsuddin kepada pemerintah tidak bisa dikategorikan sebagai radikal.
Namun, justru dengan kritik itu Din Syamsuddin ingin membawa kesadaran masyarakat pada hal-hal yang benar dengan posisi yang benar.
"Pak Din itu tokoh bangsa, dikenal reputasinya sebagai tokoh moderat yang diterima luas bukan saja di kalangan Islam, tapi juga di kalangan agama-agama lain, baik di tingkat nasional maupun internasional" sambung Kiai Sofwan yang juga Wakil Ketua Umum FPAG.
Baca Juga: Mahfud MD: Pemerintah Hargai Kritik Din Syamsuddin
Terpisah, Sekjen FPAG, KH. Anang Rikza Masyhadi, M.A meyakinkan bahwa mayoritas masyarakat tidak akan percaya bahwa Din Syamsuddin adalah radikal dalam pemahaman yang umum.
Menurutnya, kasus ini semakin menegaskan pada masyarakat bahwa isu radikalisme acapkali dijadikan komoditi politik, bahkan alat pemecah belah bangsa.
"Saya heran, kenapa isu radikalisme seringkali garang menyasar umat Islam, padahal kita tahu ada banyak tindakan radikalisme lain yang jauh lebih membahayakan keutuhan negeri ini, seperti gerakan separatisme dan rasisme, ini yang seharusnya kita selesaikan" tambah dia.
Dia menjelaska, tuduhan kepada Din Syamsudin sebagai orang radikal punya konsekuensi yang besar dan luas.
Baca Juga: Mahfud MD: Pemerintah Tak Akan Memproses Hukum Din Syamsuddin Karena Kritiknya
“Itu sama saja menuduh Muhammadiyah dan MUI sebagai radikal, kan Pak Din pernah cukup lama menjadi Ketum Dewan Pertimbangan MUI,”ungkapnya.
Atas hal tersebut, FPAG pun menghimbau seluruh masyarakat Indonesia agar aksi lapor melapor seperti ini jangan diteruskan, apalagi tidak substansial dan berbau politis.
"Ini tidak sehat untuk kehidupan kebangsaan ke depan,”tutup Anang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.