JAKARTA, KOMPAS,TV - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan akan memasang GeNose di seluruh stasiun kereta api. Masyarakat bisa menggunakan alat deteksi Covid-19 buatan peneliti UGM itu mulai 5 Februari 2021.
Tim peneliti mengklaim alat ini dapat mendeteksi penderita Covid-19 dalam waktu kurang dari 2 menit. Mereka juga mengatakan, tingkat akurasi GeNose berada di kisaran 90 persen.
Ketua Tim Pengembang GeNose Kuwat Triyana mengaku, GeNose telah mendapat izin edar darurat dari Kemenkes.
Kuwat juga menyebut biaya tes GeNose C19 berkisar Rp 15-25 ribu.
Baca Juga: Siap Dipasarkan, GeNose Akan Diproduksi 3.000 Unit di Akhir Januari Ini
Alat itu dapat melakukan sekitar 120 kali pemeriksaan per hari, dengan perkiraan penggunaan selama 6 jam dan jeda 3 menit antar tiap pemeriksaan.
Tim peneliti mengaku, GeNose telah melalui uji profiling menggunakan 600 sampel data di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 Bambanglipuro, Yogyakarta.
Cara Kerja
Orang-orang terlebih dahulu diminta mengembuskan napas ke tabung GeNose.
Dian Kesumapramudya Nurputra, anggota tim pengembang GeNose, menjelaskan sensor-sensor dalam tabung itu akan mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) dalam gas embusan napas.
Baca Juga: GeNose Bisa Pangkas Ketergantungan PCR Covid-19 Impor, Ini Alasannya
Kemudian, kecerdasan buatan GeNose akan menganalisis pola dan proporsi gas hingga menentukan apa orang itu positif atau negatif terjangkit Covid-19.
Analisis GeNose ini berdasarkan olahan data hasil uji profiling 600 orang relawan di Yogyakarta. Kecerdasan buatan GeNose telah mempelajari pola dan proporsi gas para relawan. Seperti kecerdasan buatan pada umumnya, GeNose masih terus mempelajari banyak data seiring banyak orang yang menggunakannya.
Kritik Ahli
Ahli Biologi Molekular Ahmad Rusdan Utomo mengatakan, GeNose mendeteksi perbedaan proporsi gas antara pasien positif Covid-19 dengan yang tidak terinfeksi. Namun, menurutnya, tidak ada gas khusus Covid-19.
"Bukan berarti ada gas khusus Covid-19,” tambahnya.
Ahmad menambahkan, pasien Covid-19 memiliki tingkat kekeruhan Ground-glass Opacities (GGO) jika paru-paru mereka dilihat dengan CT Scan atau X-Ray. Namun, hal ini juga ditemukan pada pasien kanker paru.
Baca Juga: Tanggapan Masyarakat Mengenai Genose, Alat Pendeteksi Covid-19 Buatan UGM
Karena kemiripan itu, Ahmad mempertanyakan, apakah saat uji klinis tim peneliti juga melibatkan orang yang mengidap infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), tapi tidak terinfeksi Covid-19.
Ada kekhawatiran di kalangan ahli bahwa kemampuan deteksei alat ini akan berkurang saat memeriksa perokok aktif. Kekhawatiran ini juga menyangkut deteksi GeNose pada orang yang baru mengonsumsi makanan dan minuman berbau menyengat
Perlu Publikasi Ilmiah
Ahmad menyatakan, tim peneliti GeNose pelu menerbitkan laporan penelitian dan pengembangan alat ini secara ilmiah.
"Tujuannya bukan untuk mencari kesalahan atau apa, bukan. Tapi ini kan kita bersama-sama berusaha menghentikan pandemi kan. Kalau data itu bisa diberitakan secara terbuka, misalnya dulu merancang penelitiannya seperti apa sih?" kata Ahmad.
Ia juga berharap GeNose dipakai terlebih dahulu di rumah sakit akademik untuk mematangkan kemampuan deteksinya.
"Digunakan di rumah sakit akademik, supaya nanti divalidasi lagi. Jangan, misalnya, langsung diterapkan di bandara," ujar Ahmad.
Baca Juga: Menkes Budi Sadikin Akui Cara Pengetesan Covid-19 di Indonesia Salah
Ia menyoroti, berbagai alat diagnosa Covid-19 memililiki keterbatasan masing-masing, baik rapid test, test antigen, dan test PCR. Tiap tes dapat digunakan pada kondisi yang tepat.
Ia pun merekomendasikan penelitian lebih lanjut penggunaan GeNose untuk mengetahui kapan pemakaian GeNose yang tepat.
"Karena nanti ini akan menyulitkan tim pengendalian pandemi. Ini barang baru kan, bagaimana nanti menyikapinya?" kata dia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.