Diungkap Dwikorita, terdapat dua hal terkait dengan cuaca dan iklim serta pengaruhnya terhadap hidrometeorologi dan kegempaan.
Pertama mengenai fenomena iklim global yang tidak lazim terjadi tiap 2-8 tahun. Fenomena ini disebut La Nina.
La Nina merupakan anomali suhu muka air laut di Samudera Pasifik bagian tengah yang membuat air mendingin daripada suhu muka air laut di kepulauan Indonesia yang lebih hangat.
Saat ini, ungkap Dwikorita, suhunya mencapai 29 derajat celcius. Hal ini membuat adanya perbedaan tekanan udara dan aliran udara yang masif dan meningkatkan upa serta pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia.
"Diprediksi akibat La Nina level moderat akan berdampak curah hujan bulanan mencapai 40 persen dan lebih," ujarnya.
Baca Juga: Puting Beliung di Waduk Gajah Mungkur, BMKG Sebut Fenomena Waterspout, Apa Itu?
Kedua adalah fenomena Monsoon Asia. Fenomena ini menurut Dwikorita rutin terjadi.
Fenomena ini meningkatkan pembentukan awan-awan hujan di Indonesia bersamaan dengan fenomena La Nina.
Selain La Nina dan Monsoon, BMKG juga memprakirakan adanya gelombang atmosfer yang membawa kumpulan awan-awan hujan yang bergerak dari Samudera Hindia dari sebelah timur Afrika atau barat Indonesia memasuki Samudera Pasifik.
Hal ini, menurut Dwikorita, akan rutin terjadi selama 30 hingga 60 hari.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.