JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat Penerbangan Budhi Muliawan Suyitno menilai emergency location transmitter (ELT) menjadi salah satu persyaratan sebelum pesawat layak terbang.
Budhi menjelaskan ELT ini memberikan lokasi jika pesawat dalam keadaan bahaya. Termasuk saat pesawat jatuh.
Sinyal ELT ini jugalah yang menjadi acuan tim SAR untuk melakukan pencarian jika pesawat jatuh di laut.
Baca Juga: Ini Penjelasan Dirut soal Pesawat Sriwijaya Air Sempat Delay Sebelum Jatuh
"Jadi (ELT) harus kondisi hidup dan beroperasi jika terjadi benturan atau masuk air. Artinya ELT ini berfungsi ketika kecelakan terjadi," ujar Budhi saat dihubungi, Sabtu (9/1/2021).
Lebih lanjut Budhi menjelaskan sinyal ELT dapat memberikan acuan tim pencari untuk menemukan puing pesawat, korban.
Selain itu, dari sinyal ELT tim pencari dapat menetukan gambaran lokasi yang menjadi daerah prioritas pencaran. Seperti arus ombak serta ke dalaman laut.
Jika sinyal belum terdeteksi, maka akan sulit menentukan memetakan lokasi prioritas pencarian.
Baca Juga: KNKT: Usia Pesawat Sriwijaya Air yang Jatuh 26 Tahun, Tidak Ada Masalah
"Jadi dengan adanya titik jatuh ini dapat menelusuri apakah puing pesawat tersebar jauh, arusnya kuat atau tidak, bagaimana kondisi perarian kemudian bisa memberikan keterangan kemana pecahan penumpang itu terbawa arus," ujar Budhi.
Sebelumnya Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Mayjen TNI Bambang Suryo Aji menjelaskan pihaknya tidak menerima sinyal informasi tanda bahaya dari pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Menurut Bambang alat ELT milik pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sudah teregistrasi di Basarnas.
Bambang menambahkan Basarnas juga berkomunikasi dengan negara Australia terkait sinyal bahaya yang dikeluarkan oleh pesawat Sriwijaya Air. Namun informasi yang diterima, negara tetangga juga tidak mendapat sinya tersebut.
Baca Juga: Inilah Spesifikasi Pesawat Sriwijaya Air SJY-182 Yang Jatuh di Lepas Pantai Jakarta
"Kami juga mendalami kenapa ELT itu tidak memancarkan. Kalau alat ini memancarkan kita cepat tahu tidak perlu lagi mencari informasi apakah terjadi hilang kontak apa tidak," ujar Bambang.
Adapun kronologi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY-182 rute Jakarta-Pontianak terjadi sekitar pukul 14.40 WIB.
Pesawat SJ-182 take off pada pukul 14.36 WIB. Pada pukul 14.37 WIB melewati 1700 kaki dan melakukan kontak dengan Jakarta Approach Bandara Soekarno-Hatta.
Kemudian pesawat diizinkan naik di ketinggian 29.000 kaki dengan mengikuti standar.
Baca Juga: Kronologi Jatuhnya Sriwijaya Air di Perairan Kepulauan Seribu
Pada pukul 14.40 WIB Jakarta Approach melihat Sriwijaya Air tidak ke arah 075 derajat melainkan ke barat laut.
Oleh karenanya pemandu lalu lintas udara menanyakan untuk melaporkan arah pesawat. Tidak lama kemudian dalam hitungan detik pesawat hilang dari layar radar.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.