Melihat Kota Jakarta dengan curah hujan yang cukup tinggi, MRT Jakarta telah mengantisipasi apabila terjadi kenaikan volume air yang berujung pada banjir.
Di Stasiun Senayan misalnya, MRT Jakarta menutup manhole di area sekitar Ratu Plaza, pembuatan tali air besar bypass dan pembuatan saluran penahan di pintu masuk Kemdikbud.
Sedangkan di Stasiun Istora Mandiri, MRT Jakarta menambah dinding penahan limpasan, pembesaran tali air Istora, dan pembuatan sodetan penahan air dari arah Polda Metro Jaya.
Tak hanya itu, penanganan mitigasi banjir juga diterapkan di stasiun lainnya seperti Stasiun Setia Budi Astra dan Stasiun Dukuh Atas BNI.
Lalu, bagaimana dengan mitigasi penangan bencana alam di Fase 2 terutama CP201?
Kondisi alam jalur pembangunan Fase 2 dapat dikatakan berbeda dari kondisi tanah pada pembangunan sebelumnya.
Sebelum akan membangun jalur, MRT Jakarta mengenal terlebih dahulu mengenai karakteristik tanah. Untuk Fase 2 A, terdapat tanah lunak dan turunnya muka air tanah.
“Itu 2 situasi yang harus kita hindari. Oleh sebab itu, mitigasinya adalah, betul-betul mempelajari karakteristik tanah yang ada di area 2 A dan memberikan improvement baik improvement structure maupun improvement terhadap soil-nya” ungkap Dirut PT MRT Jakarta.
William Sabandar juga mengatakan bahwa pada Fase 2 ini, mitigasi penanganan banjir juga tetap dilakukan.
“Mitigasi banjir ini kita lakukan bukan saat nanti. Tapi, pada saat konstruksi juga. Karena, daerah utara ini kan rawan banjir. Kalau kita membangun konstruksi MRT Jakarta sampai ke Kota, ada kemungkinan karena konstruksi, penampang air menjadi terbatas, sehingga banjirnya bisa jadi lebih besar. Nah, ini kita antisipasi. Ini salah satu concern” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.