Kompas TV nasional breaking news

Jenazah Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama akan Dimakamkan di TMP Kalibata Esok

Kompas.tv - 9 September 2020, 14:13 WIB
jenazah-pendiri-kompas-gramedia-jakob-oetama-akan-dimakamkan-di-tmp-kalibata-esok
Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, saat difoto di ruang kerjanya di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Jakarta, Selasa (27/9/2016). Jakob Oetama meninggal dunia dalam usia 88 tahun, Rabu (9/9/2020). (Sumber: KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)
Penulis : Tito Dirhantoro

Persahabatan Jakob dan Ojong berasal dari kesamaan pandangan politik dan nilai kemanusiaan yang dianut.

Pada April 1961, PK Ojong mengajak Jakob untuk mendirikan sebuah majalah.  Majalah tersebut diberi nama Intisari mengenai perkembangan dunia ilmu pengetahuan. 

Majalah Intisari yang didirikan oleh Jakob Oetama dan PK Ojong Bersama J. Adisubrata dan Irawati SH pertama kali terbit pada 17 Agustus 1963. 

Majalah ini bertujuan untuk memberi bacaan bermutu dan membuka cakrawala masyarakat Indonesia. 

Intisari juga dibuat sebagai pandangan politik Jakob dan Ojong yang menolak belenggu terhadap masuknya informasi dari luar.

Dalam penerbitannya, Intisari juga melibatkan banyak ahli di antaranya adalah ahli ekonomi Prof. Widjojo Nitisastro, penulis masalah-masalah ekonomi terkenal seperti Drs. Sanjoto Sasstromohardjo, dan sejarawan muda Nugroho Notosusanto.

Berkat pergaulan PK Ojong yang sangat luas Intisari berhasil terbit. Saat itu Intisari terbit dengan tampilan hitam putih dan tanpa sampul.

Intisari mendapat respons yang baik dari para pembaca dan beroplah 11.000 eksemplar.

Di tahun 1965 Jakob Bersama PK Ojong mendirikan Surat Kabar Kompas. Surat Kabar Kompas yang dimaksudkan untuk menjadi pilihan alternatif dari banyaknya media partisan yang terbentuk dari kondisi politik Indonesia pasca Pemilu 1995.

Nama Kompas sendiri merupakan pemberian dari Presiden Soekarno yang berarti penunjuk arah.

Sebelumnya, nama yang akan dipilih adalah ‘Bentara Rakyat’ yang berarti koran itu ditujukan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat rakyat. 

Moto yang dipilih pun “Amanat Penderitaan Rakyat”. Namun Presiden Soekarno saat itu kurang setuju dan mengusulkan nama “Kompas”. Kemudian dari perkembangan Kompas inilah berdiri kelompok usaha Kompas Gramedia.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x