JAKARTA, KOMPAS.TV - Gagal ginjal akut bisa terjadi dengan cepat dan mengancam nyawa, umumnya dialami oleh orang tua atau penderita gangguan medis tertentu. Namun kini banyak anak muda terkena kondisi ini.
Misalnya, data Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dalam tiga tahun terakhir menunjukkan, kasus gagal ginjal kronis di wilayah berpenduduk 1,2 juta jiwa itu fluktuatif. Jika pada 2022 mencapai 189 kasus, maka tahun 2023 angkanya turun menjadi 73 kasus. Pada 2024, sampai Juni, angkanya naik lagi menjadi 82 kasus. Dan sebagian anak muda yang terkena.
Sebagai orang tua, penting untuk mengetahui penyebab, gejala, dan cara merawat anak dengan penyakit ginjal.
Pada kasus yang lebih parah, anak muda mungkin memerlukan cuci darah sementara sampai fungsi ginjal pulih. Jika kerusakan ginjal bersifat permanen, cuci darah harus dilakukan secara terus-menerus.
Penyebab dan Komplikasi
Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RA Adaninggar Primaria Nariswari menyebutkan kebiasaan jarang meminum air putih dapat menjadi faktor risiko yang mengharuskan seseorang melakukan terapi cuci darah (hemodialisis) meskipun masih usia muda.
"Biasanya pasien muda yang melakukan cuci darah karena tidak suka atau jarang minum air putih," katanya dalam temu wicara terkait kebiasaan yang menyebabkan cuci darah, yang diikuti secara daring di Jakarta, pada Oktober 2023 silam dikutip dari Antara.
Ningz, sapaan akrabnya, mengatakan kebiasaan jarang meminum air putih dapat menyebabkan peradangan pada ginjal dan merupakan risiko awal dari penyakit diabetes, yang kelak juga akan berdampak pada fungsi ginjal.
Ginjal yang sudah kehilangan fungsinya, kata dia, mengakibatkan seseorang harus melakukan terapi cuci darah untuk mengembalikan kualitas hidupnya, karena darah yang kotor dan tak tersaring melalui ginjal dapat menurunkan kualitas hidup seseorang.
Baca Juga: Jarang yang Paham, Ini Manfaat Vitamin U: Salah Satunya Melindungi Ginjal
Umumnya, lanjut dia, kerusakan ginjal diakibatkan oleh penyakit diabetes dan hipertensi yang tidak terkontrol akibat sejumlah faktor risiko seperti gaya hidup yang tidak sehat, pola dan jenis makanan yang tidak benar, komposisi makanan yang tidak seimbang, jarang melakukan aktivitas fisik, dan merokok.
"Kalau ginjal tidak berfungsi, maka akan mengganggu metabolisme tubuh. Sampahnya tidak keluar dari tubuh, jadi kayak keracunan," ujarnya.
Penanganan
Dikutip dari laman resmi RSAB Harapan Kita, perawatan kasus gagal ginjal akut yang masih tergolong ringan dapat dilakukan dengan rawat jalan.
Dokter biasanya menyarankan anak untuk mengonsumsi banyak air putih, memeriksa dan mengontrol kadar elektrolit, serta mengobati penyebab gagal ginjal akut.
Pada pasien dengan gagal ginjal akut yang lebih berat, diperlukan cuci darah sementara sampai fungsi ginjal kembali pulih.
Jika kerusakan ginjal bersifat permanen, cuci darah akan diperlukan secara terus-menerus.
Jika tidak segera ditangani, gagal ginjal akut dapat menyebabkan komplikasi serius seperti penurunan kesadaran, kelebihan cairan dalam tubuh, kejang-kejang, dan gagal jantung.
Mengetahui gejala, penyebab, dan penanganan gagal ginjal akut pada anak muda sangat penting bagi orang tua Seba dengan penanganan yang tepat dan cepat, kondisi ini dapat ditangani dengan efektif, sehingga anak dapat kembali sehat dan beraktivitas normal.
Baca Juga: Membatasi Asupan Cairan Jadi Kunci Penting Penderita Penyakit Ginjal, Kenapa?
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.