JAKARTA, KOMPAS.TV- Zat besi merupakan salah satu mineral yang dibutukan tubuh untuk mendukung fungsi sel darah merah. Namun jika terlalu banyak, zat besi dalam tubuh justru membahayakan kesehatan.
Kondisi tubuh kelebihan zat besi ini disebut sebagai hemokromatosis. Dikutip dari laman Mayo Clinic, kondisi ini disebabkan karena tubuh tidak dapat mengelurkan kelebihan zat besi.
Sisa zat besi yang tidak digunakan tubuh akan disimpan di beberapa organ, yaitu hati, jantung, dan pankreas. Jika zat besi terus menumpuk organ-organ tersebut dapat mengalami kerusakan.
Tak hanya itu, hemokromatosis atau kelebihan zat besi juga dapat memicu berbagai penyakit serius lainnya. Melansir laman Healthline, berikut bahaya kelebihan zat besi dalam tubuh.
Baca Juga: Dok Anak Saya Hb nya 9,2, Apakah Perlu Transfusi Darah atau Bisa Terapi Zat Besi?
1. Infeksi
Salah satu bahaya kelebihan zat besi dalam tubuh adalah infeksi. Sistem imun menggunakan zat besi untuk membunuh bakteri berbahaya.
Sejumlah zat besi dibutuhkan untuk melawan infeksi. Di sisi lain, peningkatan kadar zat besi bebas merangsang pertumbuhan bakteri dan virus.
Kelebihan zat besi menimbulkan efek sebaliknya dan meningkatkan risiko infeksi. Beberapa penelitian menyebut bahwa suplementasi zat besi dapat meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan infeksi.
2. Toksisitas zat besi
Toksisitas zat besi dipicu oleh konsumsi zat besi dosis tinggi dalam waktu yang lama atau dengan overdosis tunggal. Dosis tunggal antara 10 hingga 20 mg/kg dapat memicu beberapa gejala toksisitas zat besi.
Dosis yang lebih besar dari 60 mg/kg dapat memicu kematian. Kelebihan zat besi juga dapat merusak sistem pencernaan.
Gejala toksisitas zat besi antara lain, mual, muntah, diare, dan sakit perut. Seiring waktu, zat besi dapat menumpuk di organ, dan memicu kerusakan fatal pada hati atau otak.
3. Radang sendi
Pada kasus kelebihan zat besi yang parah dan lanjut, sendi dapat mengalami kerusakan. Kondisi ini dikenal sebagai radang sendi.
Gejala utama dari radang sendi, meliputi nyeri sendi, sendi terasa kaku, dan pembengkakan atau peradangan pada persendian. Gejala radang sendi dapat diredakan dengan senam tangan, obat penghilang rasa sakit, dan obat steroid.
Jika kerusakan terjadi secara signifikan, mungkin diperlukan penggantian sendi dengan sendi artifisial, seperti penggantian pinggul atau lutut.
4. Diabetes
Hemokromatosis atau kelebihan zat besi dapat menyebabkan tubuh menyerap lebih banyak zat besi daripada yang dibutuhkan dari makanan. Zat besi ekstra ini disimpan di organ seperti pankreas.
Hal ini kemudian merusak pankreas sehingga organ tersebut tidak dapat memproduksi insulin dengan baik. Tubuh butuh insulin untuk membantu glukosa (gula) masuk ke dalam sel.
Orang dengan diabetes yang tidak diobati memiliki terlalu banyak glukosa dalam darahnya karena mereka tidak memiliki cukup insulin. Jadi, peningkatan zat besi dalam darah dapat merusak pankreas, yang artinya organ itu tidak mampu memproduksi insulin dengan baik.
Hal inilah penyebab diabetes sekunder yang disebabkan oleh hemokromatosis.
5. Kerusakan hati
Salah satu bahaya kelebihan zat besi dalam tubuh selanjutnya adalah kerusakan hati. Hati adalah salah satu organ yang sangat sensitif terhadap efek zat besi.
Banyak orang dengan hemokromatosis akan mengalami beberapa tingkat kerusakan hati. Kerusakan hati biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada awalnya, tetapi dapat diketahui selama tes hemokromatosis.
6. Gangguan jantung
Kelebihan zat besi di jantung memengaruhi kemampuan jantung untuk mengedarkan darah untuk kebutuhan tubuh. Hal ini disebut gagal jantung kongestif.
Kelebihan zat besi juga bisa menyebabkan irama jantung yang tidak normal, yang disebut aritmia. Penumpukan zat besi di jantung juga dapat merusak otot jantung atau kardiomiopati.
Hal ini dapat menyebabkan gagal jantung yakni kondisi ketika jantung menjadi sangat rusak hingga tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh dengan baik.
Baca Juga: Kekurangan Zat Besi, Pengelihatan Nia Ramadhani Jadi Kabur
7. Kanker
Terlalu banyak zat besi dapat memicu kanker pada hewan dan manusia. Namun, kehilangan darah secara teratur, seperti lewat donor darah, dapat mengurangi risiko ini.
Studi observasi menunjukkan bahwa kelebihan asupan zat besi heme bisa meningkatkan risiko terkena kanker usus besar. Zat besi heme bisa meningkatkan produksi senyawa N-nitroso yang memicu kanker di saluran pencernaan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.