JAKARTA, KOMPAS.TV - Stres adalah respons tubuh dari tekanan yang muncul dalam kehidupan.
Dalam jangka pendek, stres dianggap normal dan tidak berbahaya selama Anda bisa mengendalikannya.
Namun, jika stres berlangsung dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko penyakit lain.
Mengutip Everyday Health, berikut penyakit akibat stres yang perlu diwaspadai.
1. Depresi dan kecemasan
Stres kronis yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan gangguan mental yang lebih serius seperti gangguan kecemasan dan depresi.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam JAMA Network menemukan, 20 hingga 25 persen orang yang mengalami stres berat berujung pada depresi.
Baca Juga: Stres Pascapemilu, Ini Beberapa Gejala yang Perlu Diwaspadai: Cemas, Sulit Tidur, hingga Cepat Lelah
Stres yang berkepanjangan membuat tubuh memproduksi hormon dan bahan kimia tertentu yang melanggengkan kondisi stres dan berdampak buruk pada organ lainnya.
2. Penyakit jantung
Stres dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, yang dapat menimbulkan risiko serangan jantung dan stroke.
Detak jantung yang lebih cepat dan penyempitan pembuluh darah merupakan manifestasi fisik dari respons kondisi stres.
Hal ini terjadi karena meningkatnya hormon adrenalin, neo adrenalin, dan kortisol.
Jika tubuh dibiarkan dalam kondisi di atas dalam waktu lama, maka jantung dan sistem kardiovaskular lainnya bisa mengalami kerusakan.
3. Pilek
Stres menyebabkan Anda mudah terkena pilek. Hal ini terjadi karena stres dapat melemahkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat membuat Anda lebih rentan terhadap penyakit menular sederhana, seperti pilek.
4. GERD
Stres memang bisa memicu refluks gastroesofageal (GERD) dan masalah pencernaan lainnya.
Stres diketahui dapat memengaruhi motalitas saluran pencernaan.
Selain GERD, stres juga bisa memicu masalah pencernaan lain seperti sindrom iritasi usus besar, radang usus, diare, dan masih banyak lagi.
5. Eksim
Eksim dan beberapa kondisi kulit lainnya bisa dipicu oleh stres. Hal ini disebabkan lonjakan hormon kortisol yang terjadi saat stres.
Saat tubuh sibuk memproduksi hormon kortisol, kulit bisa jadi sangat berminyak. Kondisi ini bisa memicu eksim.
Sebuah penelitian pada tahun 2010 menemukan, stres membuat masalah kulit jadi sulit pulih. Stres juga dapat membuat eksim bertahan lama.
6. Obesitas
Stres juga diketahui dapat memicu obesitas. Hal ini terjadi karena lonjakan kadar kortisol saat stres.
Menurut penelitian, seseorang yang memiliki kadar hormon kortisol (hormon stres) yang tinggi dalam jangka waktu yang lama, cenderung memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan pinggang yang lebih besar, dibandingkan dengan mereka dengan kadar hormon kortisol yang rendah.
Peningkatan kadar stres disebut dapat meningkatkan jumlah lemak yang disimpan di perut.
Menurut para ahli, stres dapat merangsang perilaku yang memicu obesitas.
Pasalnya, orang yang mengalami stres cenderung mengonsumsi banyak makanan manis dan tinggi lemak, sebagai upaya untuk membuat perasaan mereka menjadi lebih baik.
7. Diabetes
Stres dapat memperburuk diabetes melalui dua cara. Pertama, stres dapat meningkatkan potensi pola makan yang buruk, seperti konsumsi makanan tidak sehat secara berlebih.
Kedua, stres juga secara langsung dapat meningkatkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes tipe-2.
8. Sindrom iritasi usus besar
Sindrom iritasi usus besar adalah gangguan kronis umum yang memengaruhi usus besar.
Gangguan kesehatan ini menyebabkan kram, nyeri, kembung, dan diare atau sembelit.
Kondisi tersebut sebagian besar disebabkan oleh stres. Riset juga membuktikan bahwa 60 persen penderita sindrom iritasi usus besar disebabkan oleh kecemasan, depresi, dan gangguan mood.
Hal ini terjadi karena stres menyebabkan peningkatan gerakan dan sensitivitas di usus.
Selain itu, stres juga dapat mengubah mikrobioma usus dan memengaruhi sistem kekebalan tubuh, yang keduanya penting untuk fungsi usus yang baik.
Baca Juga: Wajib Tahu, Ini 7 Makanan yang Harus Dihindari saat Stres
9. Alzheimer
Stres dapat membuat seseorang menjadi linglung dan lupa ingatan. Hal ini karena stres dan rasa cemas dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan seseorang dalam mengingat suatu informasi yang merupakan salah satu gejala alzheimer.
Selain itu, stres juga bisa menyebabkan depresi yang meningkatkan risiko penyakit alzheimer di kemudian hari.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.