JAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus meninggalnya anak Artis Tamara Tyasmara, Raden Andante Khalif Pramudityo (6 tahun) yang diduga tenggelam tentu menghebohkan banyak pihak. Belajar dari kasus yang dialami Tamara terkait anak yang tenggelam, tentu banyak pelajaran yang diambil untuk para orangtua.
Tenggelam bisa terjadi dengan cepat, dan terlepas dari semua yang diketahui tentang pencegahannya, tenggelam masih menjadi penyebab utama kematian akibat cedera yang tidak disengaja pada anak-anak usia 1 hingga 4 tahun.
Baca Juga: Ammar Zoni Resmi Cerai dengan Irish Bella, Wajib Beri Nafkah Anak Rp10 Juta per Bulan
Melansir Parents.com, tenggelam juga merupakan penyebab utama kematian akibat kecelakaan pada anak-anak berusia 5 hingga 19 tahun.
Faktanya, hampir 900 anak meninggal setiap tahun dan ribuan lainnya menderita cedera non-fata akibat insiden di kolam renang, lautan, danau, sungai, bahkan bak mandi.
Ya, kolam renang adalah cara mudah untuk menghibur anak-anak selama berjam-jam, tetapi risikonya memang sangat besar dan bisa menimbukan kematian.
“Memiliki kolam tanpa pagar seperti memiliki singa yang tidak dikurung di halaman belakang rumah Anda,” kata Morgan Miller, salah satu ibu yang anaknya juga meninggal karena tenggelam di kolam renang belakang rumahnya.
Gary A. Smith, MD, pendiri dan direktur Center for Injury Research and Policy at Nationwide Children's Hospital, Colombus, Ohio memaparkan jika ada kejadian tenggelam yang terjadi di lingkungan atau komunitas Anda, bicarakan hal tersebut dengan orangtua lain, dan gunakan ini sebagai kesempatan untuk memperjuangkan peraturan keselamatan kolam yang lebih baik.
“Banyak undang-undang yang dibuat secara lokal, dan melakukan advokasi di tingkat lokal seringkali merupakan cara paling efektif untuk mencapai perubahan,” beber Gary.
Lalu tak kalah pentingnya, "Selalu tekankan dengan anak-anak Anda tentang semua aspek keamanan jika Anda punya kolam renang. Karena Hampir 70% kasus tenggelam pada anak terjadi ketika mereka tidak berenang; mereka mungkin berjalan ke halaman belakang, mengejar sesuatu, menyelinap melalui pintu belakang yang tidak terkunci saat bermain, hingga terpeleset. Katakan kepada mereka, 'Jangan masuk atau mendekati air tanpa orang dewasa, seperti halnya kamu tidak menyeberang jalan tanpa orang dewasa. Itu berbahaya," lanjut Gary,
Baca Juga: Tamara Tyasmara Belum Berani Lihat CCTV soal Anaknya yang Diduga Tenggelam
Berikut tips agar orangtua peka terhadap kasus-kasus tenggelam pada anak
1. Belajar Renang Sejak Dini
Melansir dari laman CDC, mempelajari ketrampilan dasar berenang dan keamanan di air menjadi salah satu kunci agar tidak tenggelam.
2. Gunakan Alat Bantu Renang
Jika kamu belum sepenuhnya percaya diri berenang, kamu dapat menggunakan alat bantu renang seperti pelampung atau papan renang.
Papan renang biasanya digunakan untuk mereka yang baru belajar berenang, sementara jaket pelampung dapat mengurangi risiko tenggelam.
3. Ketahui Risiko Perairan Alami
Danau, sungai, dan lautan memiliki bahaya tersembunyi seperti arus atau ombak yang berbahaya, bebatuan atau tumbuh-tumbuhan, dan jarak pandang yang terbatas.
Maka dari itu penting untuk memeriksa prakiraan cuaca sebelum beraktivitas di dalam, di atas, atau di dekat air.
4. Orangtua dilarang main ponsel
Gary selalu punya perhatian lebih terhadap orangtia agar tidak lalai mengawasi anak-anak kala berenang. Penjaga pantai atau penjaga kolam renang selalu melihatnya: "Orangtua dan pengasuh muncul di kolam renang, menyuruh anak-anak untuk tetap berada di kolam yang dangkal saja, dan kemudian mereka (orangtua) langsung main handphone," tegasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.