JAKARTA, KOMPAS.TV - Viral di media sosial sebuah video yang menunjukkan seorang warga melakukan eksperimen memasak tanpa kompor, tetapi memanfaatkan cahaya Matahari.
Video itu diunggah di akun TikTok Esti Utomo, warga Kelurahan Siwalan, Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Ia memanfaatkan cuaca panas Matahari untuk memasak telur dan mi instan. Esti mulai memasak sekitar pukul 11.00 WIB. Ia memasukkan air dan mi ke dalam panci, lalu ditutup dan didiamkan.
“Pukul 13.00 WIB, mi sudah matang. Bagi saya, eksperimen ini sukses," ujar pemilik akun bernama Esti Utomo dikutip dari Kompas.com, Kamis (12/10/2023).
Baca Juga: Viral Cuaca Panas Bikin Warga Semarang Manfaatkan Cahaya Matahari untuk Memasak, Ternyata Matang!
Esti mengaku bahwa ide memasak menggunakan cahaya Matahari ini muncul ketika dia lapar dan gas kompornya habis. Ia lantas mengecek aplikasi pemantau cuaca dan menemukan bahwa suhu saat itu mencapai 37 derajat Celsius.
Dosen Fisika di Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhammad Farchani Rosyid mengatakan bahwa panas Matahari dapat digunakan untuk memasak. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Rosyid mengatakan bahwa memasak memanfaatkan cahaya Matahari tidak bisa dilakukan secara sembarangan, seperti meletakkan alat masak dan bahan makanan di luar ruangan begitu saja.
"Memasak dengan sinar Matahari bisa dilakukan dengan bantuan cermin cekung guna memusatkan cahaya agar energi kalor terkumpul lebih banyak sehingga mencukupi untuk memasak," ujarnya, Jumat (13/10/2023).
Selain cermin cekung, sejumlah bahan yang mampu menampung panas, seperti batu, juga bisa dimanfaatkan. Memasak memanfaatkan cahaya Matahari juga harus memperhatikan banyaknya bahan yang dimasak dan intensitas cahaya matahari.
Baca Juga: 7 Cara Kurangi Dampak Cuaca Panas, Batasi Konsumsi Gula dan Jangan Sering Mandi!
Setelah mengetahui bahwa cahaya Matahari dapat digunakan untuk memasak, timbul pertanyaan selanjutnya. Amankah memasak memanfaatkan cahaya Matahari?
Ahli gizi komunitas Tan Shot Yen menjelaskan bahwa ada risiko dan bahaya yang mengintai di balik memasak pakai cahaya Matahari. Pasalnya, cahaya Matahari tidak cukup untuk membuat makanan matang sempurna.
Tan menerangkan, makanan baru bisa matang dengan baik di suhu 100 derajat Celsius untuk membuat air mendidih atau suhu 170-180 derajat Celsius untuk mendidihkan minyak.
Suhu rata-rata di Indonesia berkisar pada 27 derajat Celsius. Adapun, suhu maksimum mencapai 37 derajat Celsius. Suhu ini tidak akan mencapai titik didih.
“Makanan nggak mateng kan bisa menimbulkan risiko penyakit infeksi, sakit perut, mual muntah, dan lain-lain,” jelas dia.
Baca Juga: Kata Ahli Gizi soal Bekal Ulat Sagu Anak SD yang Viral, Tinggi Protein dan Kalsium
Hal ini terjadi karena kandungan bakteri dalam makanan tidak mati lantaran makanan tidak dimasak hingga matang. Kandungan gizi dalam makanan tersebut juga tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh.
"Salah satu contoh telur yang tidak matang sempurna masih mengandung anti-nutrien bernama avidin. Avidin membuat telur tidak bisa dicerna dan diserap tubuh," imbuh dia.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.