Mereka menggabungkan hasrat untuk tujuan hidup, penerimaan diri, dan semangat perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai tingkat kebahagiaan dan kualitas hidup yang tinggi.
Baca Juga: Raih Gelar Juara Hong Kong Open 2023, Jonatan Christie Ungkap Kunci Kalahkan Wakil Jepang
Mottainai adalah istilah Jepang yang memiliki arti "terlalu baik untuk dibuang" dan mengacu pada keyakinan bahwa segala sesuatu layak dihormati dan dihargai sehingga penting untuk tidak mubazir.
Konsep ini berkaitan dengan menghormati dan mengakui nilai sumber daya sehingga tidak menghamburkannya. Prinsip-prinsip ini terkait dengan pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang.
Istilah Jepang "Gaman," yang diartikan sebagai "kesabaran, ketekunan, dan toleransi," mengacu pada kemampuan untuk bertahan dalam situasi sulit dengan kendali diri dan martabat.
Sebagai ajaran Zen Buddha, Gaman adalah strategi untuk tetap tangguh dan sabar selama masa-masa sulit dan merupakan ciri kedewasaan emosional.
"Shikata ga nai," atau "Sho ga nai," adalah frasa Jepang yang berarti "tidak dapat dihindari" atau "itulah adanya" dan tidak ada yang dapat dilakukan, tetapi sebenarnya itu tentang penerimaan.
Istilah ini mengacu pada konsep menerima hal-hal yang tidak dapat kita ubah dan melanjutkan.
"Yuugen" adalah kata Jepang yang diterjemahkan sebagai "kedalaman misterius" dan mengacu pada kesadaran mendalam tentang keindahan alam semesta yang melebihi penjelasan dengan kata-kata.
Konsep ini adalah keindahan yang dapat kita rasakan dalam suatu objek atau makhluk bahkan jika itu tidak indah dalam arti harfiah. Konsep ini menghargai kekuatan untuk membangkitkan perasaan daripada menyatakan secara langsung dan menemukan kehalusan sebagai keindahan itu sendiri.
Baca Juga: 4 Kebiasaan pada Malam Hari Ini Diyakini Dapat Membuat Panjang Umur
Secara harfiah diterjemahkan, "Mono no aware" berarti "kesedihan dari segala hal," tetapi juga diterjemahkan sebagai memiliki empati terhadap hal-hal dan hal yang sementara.
Konsep ini adalah kesadaran akan ketidakkekalan dan perasaan seperti rasa rindu pada apa yang pernah ada dan tidak ada lagi, sehingga menghargai perubahan yang selalu ada dan realitas kehidupan.
Istilah ini juga disebut sebagai "keajaiban" dalam kehidupan, cinta, dan alam semesta.
Konsep-konsep ini mencerminkan filosofi dan nilai-nilai dalam budaya Jepang yang mengajarkan penghargaan terhadap sumber daya, martabat dalam menghadapi kesulitan, penerimaan terhadap kenyataan, dan apresiasi terhadap keindahan yang dalam.
Sumber : Daily Sabah
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.