Tak hanya merusak paru, Agus mengatakan, partikel polutan yang masuk ke darah dan dipompa oleh jantung bisa menyebabkan kerusakan jaringan tubuh.
Anggota IDI dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu pun menerangkan, problem utama saluran napas akibat polusi adalah iritasi.
"Ini cepat muncul dan dampaknya jangka pendek," jelasnya.
Ia menjelaskan, nilai ambang batas kadar polusi udara yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yakni di bawah 15 mikrogram per meter kubik.
"Ketika kadar PM 2,5 di Jakarta pada Juni 2022, jumlah orang yang konsultasi asma meningkat 200 persen," ujarnya.
Ia menambahkan, PM 2,5 menyebabkan saluran napas terganggu dan biasanya membawa virus, sehingga terjadi infeksi dan ISPA.
Baca Juga: Pindah Ibu Kota Disebut Solusi Polusi Udara di Jakarta, Profesor UI Nilai Belum Holistik
Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran itu pun menekankan, peningkatan polutan beriringan dengan peningkatan ISPA.
"Polutan meningkat, infeksi ISPA meningkat," ujarnya.
Ia menuturkan, orang yang menghirup udara dengan polutan tinggi dalam jangka panjang bisa mengalami penurunan fungsi paru dan sebagainya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.