Selain itu, slow living juga bisa dilihat dari cara seseorang mengolah dan menikmati makanan secara perlahan dengan kesadaran akan bahan makanan yang digunakan.
Alih-alih memilih makanan cepat saji yang praktis, Kim menyarankan orang-orang untuk memilih makanan utuh, sehat, bergizi yang baik untuk diri sendiri dan lingkungan.
Cara lain menjalani slow living ialah memprioritaskan kebahagiaan dan kesejahteraan kita di atas segalanya.
Salah satu cara mencapai kebahagiaan itu ialah dengan mencatat bagaimana kita menghabiskan waktu dan energi.
Untuk melakukan ini, mentor spiritual, Alyse Bacine, merekomendasikan untuk duduk dan menulis hal-hal yang kita lakukan setiap hari.
Lalu tanyakan pada diri kita apakah hal-hal itu berkontribusi pada kesejahteraan pribadi. Jika tidak, cobalah menggantinya dengan hal lain yang membuat kita lebih bahagia.
Memahami perubahan yang perlu dilakukan kadang bisa sangat tidak nyaman sehingga ia menyarankan untuk menyisihkan waktu khusus untuk proses tersebut.
Ia berpesan agar orang yang menjalani slow living fokus untuk membuat satu perubahan pada satu waktu untuk mendapatkan dampak yang bermakna.
Baca Juga: Pakar Kesehatan: Konsumsi Gula Rendah Bisa Kurangi Depresi hingga Turunkan Risiko Kanker
Gaya hidup slow living tidak sama maknanya dengan bermalas-malasan. Menurut Candace Kotkin-De Carvalho, direktur klinis di Absolute Awakenings Amerika Serikat (AS), slow living berarti menjalani hidup tanpa tergesa-gesa atau khawatir.
Kotkin-De Carvalho menyebut salah satu bentuk slow living ialah meluangkan waktu untuk menghargai momen-momen kecil.
Menerapkan gaya hidup ini dalam kehidupan sehari-hari, kata dia, dapat membantu kita terhindar dari kondisi yang memicu stres hingga kejenuhan dalam menjalani rutinitas.
"Ini tentang menciptakan hubungan yang bermakna dengan orang-orang dan lingkungan di sekitar kita," kata Kotkin-De Carvalho, sebagaimana dilansir dari Kompas.com, 19 Mei 2023.
Daniel Wysocki, seorang psikolog berlisensi yang berbasis di Arkansas, AS juga mengatakan, gaya hidup slow living bisa membantu mencegah stres kronis, kejenuhan, hingga berbagai gangguan kesehatan mental.
Secara tidak langsung, slow living juga baik bagi kesehatan fisik, karena menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional AS, stres kronis juga berkaitan dengan sebagian besar masalah kesehatan yang kronis.
Di antaranya, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, masalah usus, diabetes, obesitas, masalah kulit, gangguan tidur, dan depresi.
"Memasukkan gagasan slow living ke dalam hidup kita, itu berarti menyeimbangkan waktu kerja, kewajiban, rekreasi dan relaksasi," kata Wysocki.
Pola hidup yang berorientasi pada keseimbangan ini pun secara langsung bisa membantu kita terhindar dari stres, kejenuhan, serta kewalahan dalam menjalani berbagai aktivitas sehari-hari.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.