"Spora ini merupakan pelindung, nah bakteri yang ada di spora ini akan sulit untuk mati karena terlindungi dan bisa bertahan puluhan tahun di dalam tanah," ujarnya saat konfrensi pers secara daring, Kamis (6/7/2023).
Lebih Lanjut Imran menjelaskan, warga yang dinyatakan suspek ataupun positif antraks tidak perlu melakukan isolasi mandiri layaknya warga yang terpapar Covid-19.
Baca Juga: Gaduh Warga Meninggal usai Konsumsi Sapi yang Terjangkit Antraks, Simak Gejalanya pada Manusia
Hal ini lantaran antraks merupakan penyakit zoonosis atau ditularkan dari hewan ke manusia, sehingga tidak menular dari manusia ke manusia.
Imran pun mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Terlebih, dalam delapan tahun terakhir tren kasus Antraks di Yogyakarta mengalami naik turun.
Tahun 2016 ada 15 kasus positif Antraks, tahun 2017 empat kasus.
Tahun 2018 nol kasus, tahun 2019 31 kasus, 2020 tiga kasus, 2021 nol kasus.
Kemudian tahun 2022 23 kasus positif Antraks dan 2023 terdapat tiga kematian kasus positif Antraks.
"Kita sudah keluarkan surat edaran untuk kewaspadaan bagi semua faskes di Yogyakarta, bukan hanya di Gunung Kidul tapi semua kabupaten di Yogyakarta," ujarnya.
Baca Juga: Bagaimana Penyakit Antraks Dapat Menyebabkan Kematian pada Manusia? Ini Penjelasan Ilmiahnya
"Spora tadi itu bisa terbang kemana-mana dan kita juga tahu minggu lalu ada gempa yang mungkin ada perpindahan cukup banyak sehingga kita berikan kewaspadaan semua faskes di Yogyakarta," pungkas Imran.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.