JAKARTA, KOMPAS.TV - Hari Vitiligo Sedunia diperingati tiap 25 Juni setiap tahunnya untuk menyebarkan kesadaran akan penyakit langka bernama vitiligo dan memberi dukungan kepada mereka yang tengah berjuang melawan penyakit ini.
Hari Vitiligo Sedunia pertama diadakan pada tahun 2011 oleh organisasi nirlaba VR Foundation (USA) dan VITSAF (Nigeria).
Saat itu, tujuan peringatan Hari Vitiligo adalah untuk lebih memberi sorotan terhadap penyakit vitiligo ke mata publik, dan menyoroti tantangan yang dihadapi oleh mereka yang menderita vitiligo.
Melansir Siloam Hospital, Minggu (25/6/2023), vitiligo adalah kondisi yang terjadi ketika kulit tidak dapat memproduksi melanin atau senyawa yang menentukan warna kulit.
Penyakit ini dapat menyebabkan kulit tampak belang karena warna kulit asli akan hilang di area tertentu. Pada dasarnya, penyakit vitiligo tidaklah menular ataupun berbahaya.
Baca Juga: Vitiligo Tak Bisa Hilang Hingga Penderita Memiliki Risiko Lebih Tinggi Terkena Melanoma! | AYO SEHAT
Seringkali penderita vitiligo jadi kurang percaya diri karena penampilan warna kulit yang berbeda. Selain itu, vitiligo juga sulit disembuhkan secara total.
Penyakit kulit vitiligo dialami oleh 1:100 orang di dunia. Prevelansi munculnya penyakit ini mungkin tidak banyak, tapi penyakit ini dapat terjadi di semua usia.
Mengutip Healthline, tidak ada yang tahu persis apa yang menyebabkan sel pigmen (melanosit) mati atau berhenti memproduksi melanin. Namun, ada beberapa faktor yang mungkin terkait dengan vitiligo, termasuk:
1. Gangguan sistem kekebalan (kondisi autoimun)
Para ilmuwan percaya bahwa autoimun berperan dalam vitiligo. Saat itulah sistem kekebalan secara keliru mengidentifikasi bagian tubuh (dalam hal ini sel yang disebut melanosit) sebagai benda asing dan mulai menyerang.
Orang dengan penyakit autoimun lainnya, khususnya penyakit Hashimoto (yang memengaruhi kelenjar tiroid) dan Alopecia (yang membuat rambut rontok), lebih mungkin terkena vitiligo juga.
Secara khusus, para ahli berpikir bahwa jenis vitiligo yang terkait dengan autoimun adalalah vitiligo non-segmental.
Vitiligo non-segmental adalah hanya merusak melanosit di satu sisi tubuh. Sejauh ini, kaitan antara vitiligo dan gangguan autoimun lainnya hanyalah sebuah hipotesa.
2. Keturunan
Vitiligo dapat diturunkan dalam keluarga, tetapi sebenarnya tidak sesering yang mungkin kita kira. Pasalnya, pada sebagian besar kasus vitiligo, tidak ada riwayat keluarga.
Sementara banyak orang bertanya-tanya apakah vitiligo adalah keturunan, masih sulit untuk memprediksi apakah seseorang akan terjangkit vitiligo atau tidak berdasarkan anggota keluarga dengan kondisi tersebut.
3. Trauma fisik
Pada beberapa orang, trauma fisik atau tekanan pada kulit seperti sengatan matahari atau paparan bahan kimia industri tampaknya memicu vitiligo, atau setidaknya mendahuluinya.
Vitiligo dapat muncul persis di tempat yang pernah mengalami cedera. Tapi, persisnya mengapa kasus itu dapat terjadi tidak diketahui.
4. Stres emosional
Seperti stres fisik, tekanan psikologis juga tampaknya berperan dalam memperparah vitiligo, seperti yang juga terjadi pada banyak kondisi kulit lainnya. Tapi, sekali lagi, hubungan ini tidak sepenuhnya dipahami.
5. Stres oksidatif
Stres oksidatif bisa terjadi karena adanya ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan.
Ketidakseimbangan tersebut bisa disebabkan oleh paparan sinar UV, polutan, atau faktor lingkungan lainnya.
Baca Juga: Cerita Penderita Hingga Penyakit Vitiligo Dipengaruhi oleh Faktor Genetik? | AYO SEHAT
Ada beberapa cara pengobatan vitiligo yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Topical Corticosteroid (TCS)
Terapi TCS ini diawali dengan uji coba selama tiga bulan dan dilakukan setiap hari. Tujuannya adalah menstabilkan dan meningkatkan repigmentasi kulit yang terlanjur mengalami bercak putih susu. TCS memiliki efek samping seperti stretch mark dan atrofi pada kulit.
2. Topical Calcineurin Inhibitor (TCI)
Pengobatan TCI merupakan pengembangan dari pengobatan TCS yang terdapat dalam duabentuk, yaitu salep dan krim. Efek samping dari TCI pada orang dewasa lebih minim daripada TCS.
3. Imunomodulator Topical
Pengobatan ini secara umum lebih aman digunakan oleh pasien anak-anak. Apabila dikombinasikan dengan terapi sinar ultraviolet B akan menunjukkan efektivitas yang baik.
4. Terapi Cahaya
Terapi cahaya atau fototerapi dilakukan apabila bercak-bercak putih penderita vitiligo sudah menyebar cukup luas. Terapi ini menggunakan cahaya ultraviolet A (UVA) atau B (UVB) untuk mengembalikan warna kulit yang terkena vitiligo.
Pengobatan vitiligo yang dilakukan sejak dini dan teratur akan lebih efektif. Tapi, perlu diperhatikan bahwa sifat pengobatan vitiligo bukanlah menyembuhkan, melainkan hanya memperbaiki penampilan kulit.
Sumber : Siloam Hospitals, Healthline
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.