JAKARTA, KOMPAS.TV - Hari Hutan Hujan Sedunia diperingati setiap 22 Juni untuk meningkatkan kesadaran akan fungsi dan perlindungan hutan hujan.
Dikutip dari laman Dinas Lingkungan Hidup Jabar, Kamis (22/6/2023), sebelum menjadi Hari Hutan Sedunia (International Forest Day), peringatan ini bernama World Forestry Day.
Pada tahun 1971, anggota Konferensi Organisasi Pangan dan Pertanian yang ke-16 mengusulkan untuk mengadakan World Forestry Day yang jatuh setiap tanggal 21 Maret.
Usulan ini disetujui dan kemudian diadakanlah peringatan yang berlangsung mulai dari tahun 2007 hingga 2012 yang diselenggarakan oleh Center for International Forestry Research (CIFOR).
World Forestry Day atau Forest Day yang pertama diadakan di Bali pada tahun 2007. Kemudian, Forest Day diadakan pada tahun 2008 di Poznan, Polandia.
Tahun 2009 diadakan di Copenhagen, Denmark, 2010 di Cancun, Meksiko, pada tahun 2011 di Durban, Afrika Selatan, dan terakhir pada tahun 2012 di Doha, Qatar.
Baca Juga: Tersesat 40 Hari di Hutan Amazon, 4 Anak ini Ditemukan Selamat | POP NEWS
Mulai tahun 2013, namanya berubah menjadi Hari Hutan Sedunia di mana peringatan ini dirayakan di seluruh dunia dengan tema yang berbeda setiap tahunnya.
Tema Hari Hutan Hujan Sedunia 2023 bertujuan untuk menekankan peran penting hutan hujan sebagai “paru-paru Bumi”.
Mengutip Kompas.com, hutan hujan tropis merupakan hutan berdaun lebar yang selalu hijau (evergreen) dan memiliki kerapatan yang tinggi.
Hutan hujan tropis tumbuh baik pada wilayah dengan curah hujan minimal 800 hingga 1200 milimeter per tahun, kelembapan tinggi (lebih dari 80 persen) dan suhu yang tinggi sepanjang tahun.
Hutan hujan tropis adalah bioma yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang paling tinggi. Curah hujan sepanjang tahun cukup.
Selain itu, sinar matahari juga selalu ada di daerah ini sehingga membuat pohon tumbuh tinggi dan lebat. Ketinggian pohon di hutan hujan tropis bisa mencapai 50 meter.
Fungsi hutan hujan tropis adalah menghasilkan oksigen dan menyerap CO2, menjadi lahan terbaik untuk menyimpan cadangan air sekaligus menata air dan mencegah erosi.
Baca Juga: Hutan Jati Taman Nasional Baluran Situbondo Kebakaran, BPBD Ungkap Sumber Api
Sekarang ini, ada 10 hutan hujan tropis di dunia, yang paling terbesar adalah hutan Amazon.
Sejak tahun 1990, dunia telah kehilangan lebih dari 420 juta hektar atau sekitar satu miliar hektar hutan, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Terutama di Afrika dan Amerika Selatan, sekitar 17 persen hutan hujan Amazon telah dihancurkan selama 50 tahun terakhir, dan terus meningkat.
Organisasi Konservasi Amazon melaporkan bahwa kehancuran meningkat sebesar 21 persen pada tahun 2020.
Menurut University of Maryland, dunia kehilangan 11,1 juta hektar hutan di kawasan tropis. Perkembangan tersebut sangat mengkhawatirkan di Brasil dan Republik Demokratik Kongo.
Baca Juga: Cerita 4 Anak Kolombia yang Selamat usai Terjebak 40 Hari di Hutan, Bertahan Hidup dengan Makan Ini
Pendorong kerusakan terbesar adalah penebangan, perluasan pertanian dan sebagian besar pembakaran.
Jika ini terjadi terus-menerus, rusaknya hutan hujan dapat menyebabkan perubahan iklim, desrtifikasi, erosi tanah, berkurangnya panen, banjir, peningkatan efek gas rumah kaca, dan sejumlah masalah bagi masyarakat adat.
Sumber : jabarprov.go.id, national geographic, statista.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.