JAKARTA, KOMPAS.TV - Google Doodle hari ini, Rabu (10/5/2023) kembali mengingatkan masyarakat Indonesia terhadap salah satu tokoh kedokteran perempuan Indonesia, Prof. Dr. Sulianti Saroso.
Saat ini, mungkin namanya dikenal masyarakat luas karena tersemat sebagai nama rumah sakit terkemuka di Jakarta, yakni Rumah Sakit Pencegahan Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso.
Rumah sakit tersebut selalu menjadi rujukan utama tiap kali ada wabah penyakit menular yang menyebar global, sampai ke Indonesia, seperti Covid-19 yang menjadi pandemi sejak awal 2020 lalu.
Meninggal pada 29 April 1991, Prof. Dr. Sulianti Saroso dikenal sangat berjasa terhadap dunia pencegahan dan pengendalian penyakit menular, serta keluarga berencana (KB).
Sepak terjangnya untuk dunia kesehatan sebelum dan sesudah kemerdakaan Indonesia sudah tak terhitung lagi.
Kecerdasan Sul difasilitasi oleh orang tuanya dengan semaksimal mungkin. Ia menempuh pendidikan dasar berbahasa Belanda ELS (Europeesche Lagere School), lalu pendidikan menengah elite di Gymnasium Bandung, yang sebagian besar siswanya kulit putih, dan melanjutkan pendidikan tinggi di Geneeskundige Hoge School (GHS), sebutan baru bagi Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia. Ia lulus sebagai dokter 1942.
Baca Juga: Google Doodle Hari Ini Peringati Ulang Tahun Prof. Dr. Sulianti Saroso, Penggagas KB
Melansir Kompas.id, Sul mendapat gelar sarjana public health administration dari Universitas London. Tahun 1961-1965 menjadi research associate di School of Medicine, Tulane University, New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat.
Di sanalah ia melakukan penelitian soal penyakit lumpuh dan keracunan serangga di Kolombia. Di kampus ini pula Sul pernah memberikan mata kuliah epidemiologi.
Pada tahun 1962, Sul mendapat gelar master public health and tropical medicine. Gelar doktor di bidang epidemiologi diraihnya tahun 1965 dengan penelitian disertasi berjudul ”The Natural History of Enteropathogenic Escherichia Coli Infections”.
Sul mengusahakan obat dan makanan untuk para pemuda dan pejuang. Sul sendiri yang mengantarkan obat dan makanan tersebut ke front Tambun (Jawa Barat), Gresik (Jawa Timur), Demak (Jawa Tengah), dan sekitar Yogyakarta.
Sebagai pendidik, Ia diberi gelar guru besar oleh Universitas Airlangga pada tahun 1969, dan guru besar luar biasa pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Sumber : Kompas.id, Indonesia.go.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.