JAKARTA, KOMPAS.TV- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca panas yang tidak biasa terjadi di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Kementerian Kesehatan meminta masyarakat untuk waspada ketika berada di luar ruangan dengan tetap menjaga agar tubuh tetap sehat.
“Memang cuaca panas beberapa hari ini dan ke depan sedang tidak biasa. Untuk itu mari kita ikuti tips agar terhindar dari dampak cuaca panas ketika sedang atau sering berada diluar ruangan,” kata Juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril, Selasa (25/04/2023).
Tips menghadapi cuaca panas:
1. Cegah dehidrasi dengan minum air yang banyak. Jangan menunggu haus
2. Hindari minuman berkafein, minuman berenergi, alkohol, dan minuman manis
Baca Juga: Cuaca Panas Terik, BMKG: Puncaknya Suhu Panas Sampai Bulan Oktober
3. Hindari kontak dengan sinar matahari secara langsung, gunakan topi atau payung
4. Memakai baju yang berbahan ringan dan longgar
5. Hindari menggunakan baju berwarna gelap agar tidak menyerap panas
6. Sebisa mungkin berteduh diantara jam 11 pagi - 3 siang
7. Jangan meninggalkan siapapun di dalam kendaraan dalam kondisi parkir baik dengan jendela terbuka maupun tertutup
8. Gunakan sunscreen minimal 30 SPF pada kulit yang tidak tertutup oleh baju sebelum keluar rumah
9. Sediakan botol semprot air yang dingin di dalam kendaraan.
Masyarakat juga harus waspada ketika muncul gejala berikut:
1. Keringat berlebih
2. Kulit terasa panas dan kering
3. Rasa berdebar atau jantung terasa berdetak lebih cepat
4. Kulit terlihat pucat
5. Kram pada kaki maupun abdomen
6. Mual, muntah, pusing
7. Urin yang sedikit dan berwarna kuning pekat
Baca Juga: Perjuangan Iqbal Pakula Lawan Leukemia, Sempat Pasang Ring Jantung sebelum Meninggal Dunia
"Jika muncul gejala tersebut, dinginkan tubuh dengan kain basah atau sponge basah pada pergelangan tangan, leher, dan lipatan tubuh lainnya serta banyak minum air. Jika masih bergejala, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan," tutur Syahril.
Sebelumnya, BMKG menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam beberapa hari terakhir.
"Suhu panas ekstrem melanda negara-negara Asia sepekan terakhir. Indonesia tidak mengalami gelombang panas, tetapi suhu maksimum udara permukaan tergolong panas," ujar Plt Deputi Bidang Klimatologi, Dodo Gunawan seperti dikutip di Antara.
Ia mengemukakan, terdapat lima penyebab suhu panas di Indonesia yakni dinamika atmosfer yang tidak biasa, suhu panas bulan April di wilayah Asia Selatan secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu Matahari, lonjakan panas tahun 2023 adalah yang terparah.
Baca Juga: Kisah Para Ibu yang Melahirkan Saat Terjebak Macet Arus Balik, Ada yang di Pos Polisi
Selain itu, tren pemanasan global dan perubahan iklim, gelombang panas heatwave semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering.
Kemudian dominasi monsun Australia, Indonesia memasuki musim kemarau. Serta intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan.
Ia menambahkan, BMKG mencatat wilayah Ciputat, Tangerang Selatan, menjadi daerah di Indonesia dengan suhu maksimum harian tertinggi pada 17 April 2023 yakni sebesar 37,2 derajat Celsius.
Pada April 2023 atau periode 11-20 April, suhu panas di atas 36 derajat Celsius melanda beberapa unit kerja BMKG, seperti di wilayah Stasiun Meteorologi Pangsuma 36,6 derajat Celsius, Nangapinoh 36,5 derajat Celsius, BMKG Wilayah I 36,5 derajat Celsius, Stasiun Meteorologi Tabelian 36,3 derajat Celsius, Stasiun Meteorologi Tarempa 36,2 derajat Celsius, Stasiun Geofisika Deli Serdang 36,2 derajat Celsius, BMKG Wilayah II 36,2 derajat Celsius, dan Stasiun Klimatologi Banten 36 derajat Celsius.
Baca Juga: BMKG: Gempa Hari Ini di Mentawai-Siberut Sebabkan Tsunami 11 Cm
Sementara di wilayah Asia, Dodo menyampaikan Kumarkhali, kota di distrik Kusthia, Bangladesh, menjadi daerah terpanas dengan suhu maksimum harian yang tercatat sebesar 51 derajat Celcius pada 17 April 2023.
"Kota terpanas di Asia lainnya terjadi sebagian besarnya di Myanmar dan India," katanya.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.