JAKARTA, KOMPAS.TV – Nasi goreng merupakan satu dari banyaknya kuliner populer di Indonesia. Hal itu terlihat dari mudahnya menemukan menu nasi goreng di berbagai tempat makan.
Bahkan, ada yang tak perlu keluar rumah untuk mencari makanan yang satu ini. Cukup menunggu di depan rumah, penjual nasi goreng keliling yang menghampiri.
Melansir dari munasprok.go.id, nasi goreng ini disebut-sebut sebagai salah satu menu sahur yang disantap para tokoh perumus naskah proklamasi. Rupanya kuliner nasi goreng telah diperkenalkan di Indonesia sejak sekitar abad ke-10 yang dipengaruhi budaya Tionghoa.
Sebagaimana diketahui, ruang makan Laksamana Maeda menjadi saksi bisu peristiwa dirumuskannya naskah proklamasi kemerdekaan yang merupakan pemikiran tiga tokoh, yaitu Soekarno, M Hatta, dan Achmad Soebardjo.
Proses penyusunan naskah tersebut turut disaksikan golongan muda yang diwakili oleh Sukarni, Sudiro, dan BM Diah. Sementara, dari pihak Jepang ada S. Miyoshi dan S. Nishijima.
Pada 16 Agustus 1945 itu diketahui bertepatan dengan 8 Ramadhan 1364 Hijriah atau dalam suasana bulan Ramadhan. Setelah semalaman berembuk, akhirnya pada dini hari 9 Ramadhan 1364, 77 tahun lalu berlalu, teks Proklamasi Kemerdekaan selesai dan segera diketik.
Bung Hatta, dalam buku Sekitar Proklamasi (1981) menceritakan, tentang makan sahur di kediaman Laksana Maeda. Waktu itu, selama perjalanan jauh dari Rengasdengklok ke Jakarta tak ada bekal yang bisa dimakan.
Tiba di Jakarta, Ia pun terlibat perdebatan dengan Gunseikan, Mayor Jenderal Nishimura terkait dengan janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Akhirnya dengan kesadaran penuh, melalui rapat di rumah Laksamana Maeda semua golongan baik tua dan muda bersepakat untuk mewujudkan sendiri proklamasi tanpa menunggu realisasi janji Jepang.
Baca Juga: Mengejutkan, Ada 104 Jenis Nasi Goreng di Indonesia
"Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang saya masih dapat makan sahur di rumah Admiral Maeda," kenang Hatta.
Makanan itu telah disiapkan oleh Satsuki Mishina, selaku asisten rumah tangga Maeda. Ia mengetahui sebagian besar peserta rapat adalah muslim yang akan menjalankan ibadah puasa dan kemudian berinisiatif membuatkan menu makan sahur berupa nasi goreng, disertai beberapa menu lain berupa ikan sarden, telur dan roti.
Setelah selesai masak, jamuan segera dihidangkan kepada para tokoh perumus proklamasi. Soekarno, Hatta dan Achmad Soebardjo menyantap makan sahur, sedangkan Sayuti Melik menyelesaikan tugasnya untuk mengetik naskah proklamasi.
Setelah makan sahur dan berpamitan kepada Maeda, Soekarno dan Hatta kembali ke rumahnya masing-masing. Hanya beristirahat beberapa jam saja, mereka akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Fadly Rahman, Sejarawan dan penulis buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia" mengungkapkan sejarah nasi goreng.
Keberadaan nasi goreng di Indonesia tak lepas dari pengaruh budaya Tionghoa yang dibawa orang China saat bermigrsi ke Indonesia.
“Asal-usul nasi goreng ini dari Tiongkok. Di negeri asalnya mereka (orang China) tidak menyukai makan-makanan yang sudah dingin sehingga mereka sering memasak dan menghangatkan lagi,” ujar Fadly yang juga dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran itu, dikutip dari Kompas.com.
Nasi yang sudah dingin akan digoreng kembali dengan bumbu-bumbu sederhana sehingga jadilah nasi goreng dan makanan yang hangat kembali. Makanan ini akhirnya dibawa masyarakat Tiongkok yang bermigrasi ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indoneisa.
Nasi goreng sebagai budaya kuliner dari China akhirnya masuk ke Indonesia dan berbaur dengan budaya kuliner setempat. Sehingga nasi goreng mengalami perkembangan dalam segi rasa, bumbu, dan isi.
“Yang kita kenal sekarang ada beragam banyak macam nasi goreng yang disesuaikan dengan bumbu dan bahan di setiap daerah,” ungkapnya.
Hal tersebut yang menjadi alasan kenapa di Indonesia tidak hanya ada satu jenis nasi goreng. Mulai dari nasi goreng cakalang, nasi goreng kambing yang sering ditemui di Jakarta, nasi goreng petai, nasi goreng mawut, nasi goreng teri, dan masih banyak lagi.
Tak hanya dari China, nasi goreng bisa jadi budaya kuliner hasil resapan dari makanan Timur Tengah yaitu nasi pilaf. Mengingat, Indonesia sempat menjadi pusat perdagangan dan pertemuan banyak kebudayaan asing seperti Arab, China, dan India.
Fadly menyebutkan, masa sekitar abad ke-10 Masehi, gelombang para warga Tionghoa yang bermigrasi di Indonesia begitu besar. Kemungkinan seiring dengan momentum itu masyarakat Tionghoa mulai mengenalkan nasi goreng kepada masyarakat Indonesia.
Selain nasi goreng, masyarakat Tionghoa juga mengenalkan kuliner lain. Di antaranya mi, tahu, dan tauco.
Sumber : Kompas.tv
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.