Kompas TV kuliner cerita rasa

Ratusan Menu Kuliner Masa Lampau Tersimpan di Relief Candi Borobudur, Ini Tiga Contohnya

Kompas.tv - 5 April 2021, 17:10 WIB
ratusan-menu-kuliner-masa-lampau-tersimpan-di-relief-candi-borobudur-ini-tiga-contohnya
Salah satu menu kuliner yang terdapat di relief candi Borobudur, Den hadangan prana atau dendeng kelem daging kerbau (Sumber:  Switzy Sabandar/ KOMPAS.TV)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Eddward S Kennedy

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Relief Candi Borobudur juga menyimpan cerita soal kuliner-kuliner masyarakat saat itu.

Tiga di antaranya dipresentasikan dalam Gastronosia-Indonesia Gastronomy Community (IGC) di Restoran Rama Shinta Candi Prambanan Yogyakarta, Minggu (4/4/2021). 

1. Dendeng Kelem Daging Kerbau

Den hadangan prana atau dendeng kelem daging kerbau merupakan resep kuliner Mataram Kuno yang ditemukan dalam Prasasti Panggumulan (824 saka atau 902 M), Prasasti Mantasyih, dan Prasasti Rukam.

Hadangan adalah nama kuno yang berarti sayur dari daging kerbau.

2. Sidat Bakar Madu

Nama kunonya, harang-harang kasyan. Berbahan dasar ikan sidat yang diolah dengan cara dibakar di atas arang dan bercita rasa manis. 

Hidangan ini terdapat dalam relief Candi Borobudur, prasasti Watukara, Prasasti Jru-Jru, dan Prasasti Alasantan

Baca Juga: Kronologi Temuan Dugaan Pondasi Candi di Petilasan Kyai Langgen Prambanan

3. Kicik Daging Rusa

Nama kunonya, kubi kyasan, kicik mrega (kicik daging Rusa). Hidangan ini adalah kuliner Mataram Kuno berbahan dasar daging rusa dipotong dadu kecil.

Cita rasa dihasilkan dari campuran bumbu rempah, seperti, daun pepaya, ketumbar, merica, gula merah, bawang putih, bawang merah, dan garam. Menu ini terdapat dalam relief Borobudur, Prasasti Mantasyih I, Parada II, dan Jru-Jru.

Menu-menu yang ditampilkan itu terdapat dalam Prasasti Penetapan Sima dan relief Candi Borobudur, Prambanan, dan Cabean Kunti pada abad ke-8 sampai ke-10. 

Menurut Ketua Umum IGC, Ria Musriawan, IGC melakukan eksplorasi untuk memberikan edukasi mengenai perkembangan gastronomi dari sudut sejarah melalui relief dan prasasti.

"Ini jadi salah satu misi kami dalam memperkenalkan Indonesia sebagai pusat budaya makanan,” ujarnya.

Baca Juga: Ganjar Ngaku Ide Candi Borobudur Jadi Rumah Ibadah Buddha Dunia Pernah Disampaikan ke Wapres Budiono

Pamong budaya ahli madya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Pemprov Jawa Tengah, Riris Purbasari mengatakan, penelusuran menu kuliner relief Candi Borobudur dan dua candi lainnya dilakukan sejak 2017.

Periode abad ke-8 sampai ke-10 dipilih berdasarkan catatan sejarah pada waktu itu Mataram Kuno berada di wilayah Jawa Tengah.

Sebenarnya ada 104 Prasasti Penetapan Sima yang menjadi objek penelusuran menu kuliner masa lalu. Namun, baru 17 prasasti yang diteliti. Di dalamnya terdapat 103 menu kuliner yang terdiri dari makanan dan minuman.

Prasasti Penetapan Sima adalah sebuah catatan tentang sebuah wilayah yang ditetapkan menjadi daerah perdikan atau bebas pajak. Prasasti tersebut ditulis dengan bahasa dan aksara Jawa Kuno atau Kawi.

Di dalamnya berisi perayaan sebuah daerah menjadi perdikan, termasuk mencatat jumlah hadirin dan diakhiri dengan nama-nama menu hidangan yang disajikan. 

"Biaya ritual penetapan Sima ini ditanggung oleh penerima Sima, mereka yang menerima memang tidak membayar pajak, tetapi biaya pajak untuk memuliakan bangunan suci, seperti candi," ucapnya.

Relief Candi Borobudur yang menggambarkan menu makanan ini, salah satunya berada di lorong pertama dinding atas dan bawah, sementara Candi Prambanan digambarkan di relief candi Brahma berupa hidangan di atas piring.

"Menu kuliner yang ada di relief candi Borobudur, Prambanan, dan Cabean Kunti diinterpretasikan berdasarkan daftar makanan yang tercatat di prasasti," tuturnya.

Baca Juga: Penemuan Benda Bersejarah di Candi Gedog Blitar

Sumartoyo, pelestari kuliner tradisional, mengungkapkan kesulitan dalam menghidangkan kuliner yang tergambar dalam relief candi adalah menginterpretasikan rasa dan bumbu.

"Sangat terbatas, misal memunculkan rasa pedas, karena pada masa itu belum mengenal cabai," kata Toyo. 

Meskipun demikian, ia menilai hidangan yang disajikan pada saat itu bukan sekadar memenuhi kebutuhan pangan karena sudah mencapai kesadaran menu sehat.

Menu di relief candi itu sudah memikirkan kebutuhan protein, vitamin, rendah kalori, dan sebagainya.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x