MAKASSAR, KOMPAS TV - Penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus Corona telah menjadi bahan pemberitaan yang terus berulang-ulang disiarkan di seluruh penjuru negeri Indonesia, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Bahkan penyakit COVID-19 ini sudah dinyatakan sebagai pandemi (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pandemi berarti wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas) oleh WHO dan menjadi masalah bersama yang harus segera ditanggulangi di seluruh penjuru dunia.
Sudah menjadi sebuah kebiasaan setiap pagi, siang, maupun sore, terdengar berita dan terbaca warta mengenai pantauan jumlah penderita penyakit COVID-19, kenaikan jumlah penderita dari hari ke hari, lokasi penyebaran jumlah penderita dari satu tempat ke tempat lain, sampai kepada solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Corona yang menyebabkan penyakit ini. Hal ini ditambah lagi dengan penyebaran berita melalui media sosial, mempercepat penambahan pengetahuan manusia tentang penyakit ini. Ada yang menanggapi secara positif berita ini dengan melihat dan terus berjuang menyebarkan solusi pencegahan penyakit ini, ada yang melihat dari sisi negatif melalui sorotan tentang jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit ini sehingga hanya menambah ketakutan semata dan berimbas pada potensi menurunnya tingkat imunitas tubuh, dan ada pula yang menyimaknya hanya sebagai berita biasa bahkan mampu membuat analisis yang kritis tentang penyakit ini. Memang, semua tergantung cara pandang seseorang dalam membaca berita tentang penyakit ini dan cara menanggapinya.
Pemerintah tidak tinggal diam dalam melihat masyarakatnya menderita akibat penyakit ini, terbukti dengan terus gencarnya sosialisasi pembiasaan pola hidup bersih dan sehat, aturan terkait pelaksanaan Work From Home meliputi belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah di rumah, pengeluaran kebijakan pembatasan sosial berskala besar atau yang familiar kita kenal dengan istilah PSBB, sampai kepada solusi bantuan kepada masyarakat terdampak meliputi bantuan sosial tunai, bantuan langsung tunai yang bersumber dari dana desa, dan lain sebagainya.
Memang harus diakui, banyak aspek kehidupan yang terdampak akibat penyakit ini. Dimulai dari yang paling kelihatan secara jelas yaitu aspek ekonomi. Banyak terdengar di sana dan di sini pemutusan hubungan kerja dari perusahaan sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah pengangguran di negara ini. Tidak bekerjanya para kepala keluarga ini berimbas pada menurunnya kemampuan keuangan keluarga tersebut dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, minimal dari bidang sandang, pangan, dan papan. Ya, yang terpenting dari ketiga bidang tersebut diakui adalah pangan, karena manusia tidak bisa berhenti makan, sementara sandang bisa dikenakan berulang, dan bagi yang telah memiliki tempat tinggal tidak ada masalah terkait papan. Hal ini berbeda lagi ketika dilihat dari sudut pandang seseorang yang belum memiliki tempat tinggal sendiri, semisal anak kosan ataupun kontrakan. Ada yang harus hengkang dari tempat tinggal sewaannya dan meneduh di atap rumah orang di pinggir jalan, oleh sebab ketidakmampuan mereka untuk membayar biaya sewa.
Kalau dilihat dari aspek sosial, imbas dari kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kepada masyarakat, membentuk pola kehidupan yang baru yang mau tidak mau harus dijalani oleh masyarakat, yaitu berkurangnya frekuensi tatap muka antar orang. Masyarakat Indonesia yang telah terkenal ramah dan suka berkerumun dalam jumlah banyak harus terbiasa dengan pola kehidupan ini. Untuk sementara, tidak ada lagi kekhusyukan beribadah yang dirasakan bersama-sama ketika beribadah berjamaah di rumah ibadah, tidak ada lagi canda tawa dan gurauan antar teman pekerjaan di ruangan kantor, dan tidak ada lagi riang anak-anak sekolah ketika berolahraga bersama di sekolah. Seketika semuanya berubah, dan manusia khususnya warga negara Indonesia harus cepat beradaptasi atasnya. Ya, ini memang sebuah kenyataan yang harus dijalani demi cepat selesainya masalah penyakit virus COVID-19 di negara ini.
Di antara berbagai berita negatif yang terbentuk dari kelakuan virus Corona penyebab penyakit COVID-19 ini, penulis berusaha berpikir jernih untuk melihat adakah sisi baik yang masih bisa ditemukan di tengah carut-marutnya kondisi yang sedang terjadi. Ya, ternyata ada. Berikut sepuluh dampak positif yang penulis bisa jabarkan seperti di bawah ini:
Alam semakin asri,
Kebijakan pemerintah yang mewajibkan masyarakatnya beraktivitas di dalam rumah untuk sementara waktu sungguh memberikan dampak positif bagi alam. Menurunnya jumlah kendaraan bermotor yang lalu-lalang di jalan raya berpotensi mengurangi polusi udara, oleh sebab semakin sedikitnya gas karbon yang dikeluarkan sebagai hasil emisi kendaraan bermotor. Selanjutnya, hal ini pasti akan berdampak baik pada pengurangan pemanasan global, karena karbon adalah penyumbang terbesar pemanasan di bumi ini.
Manusia diberikan waktu lebih banyak untuk semakin dekat lagi dengan keluarga;
Sesungguhnya rumah adalah keluarga, bukan hanya sekedar bangunan. Kalau selama ini kita disibukkan dengan kewajiban bekerja di kantor sehingga harus berangkat dan pulang dari rumah ke kantor (bagi masyarakat di wilayah Jabodetabek sudah merasakan bagaimana mereka menghabiskan cukup banyak waktu di perjalanan ke dan dari kantor oleh sebab kemacetan yang terjadi), dengan kebijakan bekerja dari rumah, para orang dewasa untuk sementara waktu dapat mempergunakan waktu perjalanan yang biasa mereka tempuh untuk kegiatan lain. Ya, salah satunya berkumpul dengan keluarga di rumah.
Sebagai suami, ada lebih banyak waktu bercengkerama dengan istri, sebagai ayah, ada lebih banyak waktu bercengkerama dengan anak, dan sebagai tetangga, ada lebih banyak waktu bercengkerama dengan tetangga. Tentunya, hal ini tidak lepas dari kewaspadaan kita terhadap virus Corona, dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah dianjurkan, semisal penggunaan masker ketika di luar rumah (dalam hal ini apabila sangat diperlukan ketika bercengkerama dengan tetangga). Dalam cengkerama itu, memang suatu saat ada momen ketika istri atau suami menyebalkan dan anak merepotkan, tapi memang itulah kehidupan. Ada saatnya kita hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah laku keluarga kita yang tidak seperti yang kita pikirkan, ada pula saatnya ketika kita harus berintrospeksi diri mendengar masukan dari anggota keluarga kita. Apapun kondisinya, keluargalah tempat dimana kita menghabiskan hampir sebagian besar waktu kita hidup di dunia ini, dan itulah yang paling berharga dari semuanya.
Manusia diingatkan kembali untuk menabung;
Akhir-akhir ini, sudah menjadi berita biasa yang terdengar di telinga kita, kesulitan orang-orang dalam memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Kesulitan yang terjadi oleh sebab tidak bekerjanya mereka adalah wajar, sementara kesulitan yang terjadi oleh tidak maunya mereka bekerja adalah tidak wajar, karena bekerja adalah sebuah kewajiban dalam kehidupan yang harus dikerjakan oleh semua manusia.
Ketika kecil, seruan dan anjuran untuk menabung sering sekali digaungkan, terutama ketika belajar di tingkatan TK, SD, ataupun tingkatan yang lebih tinggi berikutnya. Menabung adalah menahan sumber daya keuangan kita untuk sesuatu yang lebih penting di masa depan, yang belum terjadi saat ini. Menabung juga melatih kita untuk mengendalikan nafsu dalam perilaku konsumtif kita, sehingga kita lebih bisa menentukan prioritas mana yang perlu didanai di masa kini. Ketika masa “chaos” yang tidak diperkirakan saat ini oleh sebab virus Corona, tabungan adalah penolong yang terbaik ketika sumber daya ekonomi tidak kita dapatkan lagi karena imbas pemutusan hubungan kerja. Setidaknya untuk menyambung hidup melalui pemenuhan kebutuhan pangan, tabungan dapat menolong sebagai sumber pendanaannya. Bersyukurlah bagi mereka yang masih mempunyai tabungan di masa-masa ini.
Manusia diingatkan kembali untuk membiasakan pola hidup bersih dan sehat;
“Mencegah adalah lebih baik daripada mengobati” dan “Kebersihan adalah sebagian dari Iman”. Frasa pertama sering sekali kita dengar dan penulis yakin tidak ada telinga yang tidak familiar dengan istilah itu. Perbuatan kita dalam mencegah diri kita maupun anggota keluarga kita dari terkena penyakit dapat ditunjukkan dengan menjaga kebersihan dan pola hidup sehat, termasuk di dalamnya pola makan sehat. “Empat Sehat Lima Sempurna”, slogan makan sehat yang sangat terkenal itu, memang tidak bisa dipungkiri adalah mahal jika harus dipenuhi akhir-akhir ini. Tapi mahalnya pemenuhan empat sehat lima sempurna itu, tidak lebih mahal dari harga makanan fast food yang kita sekali makan di restoran itu. Semua kembali kepada kita, apakah kita menyayangi tubuh kita atau tidak.
Sementara untuk frasa yang kedua, sering kita temukan slogan tersebut pada papan di dekat tempat pembuangan sampah. Menjaga kebersihan adalah salah satu bentuk nyata perbuatan orang beriman. Jadi dari dulu memang agama sudah mengajarkan kita untuk membiasakan pola hidup bersih. Secara ilmiah dan kedokteran, sudah diketahui umum bahwa kegiatan menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, adalah ampuh untuk mematikan virus yang menyebabkan penyakit, dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah virus Corona penyebab penyakit Covid-19.
Manusia diberi kesempatan untuk lebih peka dalam melihat situasi dan kondisi sekitar;
Pengangguran yang terjadi di masyarakat akibat penyakit COVID-19 telah ampuh menggerakkan hati sebagian masyarakat Indonesia yang dalam kondisi sedikit lebih beruntung, untuk menolong mereka para masyarakat yang terdampak. Dari kalangan artis, ada yang mau membantu mempromosikan produk UMKM melalui media sosial yang mereka punyai. Dari warga biasa, ada yang tergerak untuk memberikan makanan gratis kepada masyarakat yang mau tidak mau masih harus bekerja di lapangan. Ada pula yang memberikan makanan gratis kepada pengemudi transportasi online, melalui pesanan makanan yang mereka pesan melalui aplikasi online tersebut. Bukankah itu adalah hal baik yang memang harus kita kerjakan walaupun tidak ada virus ini?
Kreatifitas dalam silahturahmi;
Pernahkah kita berterima kasih kepada para pencipta telepon seluler dan aplikasi rapat online? Ya, merekalah yang telah menolong kita para warga terdampak wabah COVID-19 untuk tetap terus menjaga kontinuitas silahturahmi, baik itu dengan keluarga yang ada di kampung, baik itu dengan rekan sepermainan dan sahabat, ataupun dengan rekan sepekerjaan di kantor. Mereka, para pencipta itu, dari jauh-jauh hari telah berkreatifitas menciptakan fitur silahturahmi online, yang mau tidak mau diakui telah bermanfaat banyak bagi kita saat-saat ini. Jadi tidak ada alasan silahturahmi terputus karena wabah COVID-19, yang ada hanyalah bentuk lain dari silahturahmi, dari semula yang tatap muka secara langsung berubah menjadi tatap muka virtual/online, dan manusia dituntut harus mampu beradaptasi dengan itu.
Adanya transparansi dalam pemerintahan;
Keterbukaan informasi dalam pemerintahan adalah salah satu hal penting dalam menjaga pemerintahan yang menganut asas “Good Governance”. Rakyat juga sangat berhak tahu atas apa yang telah dilakukan pemerintah atas uang mereka yang pemerintah kelola. Di saat wabah COVID-19 ini berlangsung, ada perubahan signifikan dalam penyelenggaraan sosialisasi, diseminasi, dan seminar terkait kebijakan pemerintah, dari yang semula sebagian dilakukan dalam rapat tertutup dengan peserta terbatas, menjadi dilakukan melalui aplikasi rapat online dan disiarkan pada kanal media sosial. Hal ini tentunya adalah baik, karena sangat membantu rakyat untuk mengetahui apa yang telah pekerja mereka lakukan di pemerintahan, sekaligus sangat efektif dalam penyebaran kebijakan pemerintah bagi para rakyat yang hobi bermedia sosial. Selain itu, rekaman dalam media sosial juga dapat diputar berulang-ulang, sehingga tidak ada ketakutan lagi akan kehilangan kesempatan untuk mengikuti acara tersebut, baik sosialisasi, diseminasi, maupun seminar.
Penghematan anggaran perjalanan dinas dalam pemerintahan;
Anggaran perjalanan dinas pemerintah telah menjadi sorotan oleh masyarakat yang kritis melalui Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), ataupun menjadi salah satu bahan pemeriksaan oleh lembaga pemeriksa keuangan, dalam hal ini Badan Pemeriksa Keuangan. Di masa wabah COVID-19 ini yang mengharuskan sebagian kegiatan pemerintahan dilaksanakan secara virtual di rumah, secara tidak langsung telah meniadakan kegiatan perjalanan dinas, yang notabene mengharuskan pegawai untuk keluar rumah dan berinteraksi sosial dengan pegawai yang dituju di lokasi perjalanan dinas. Peniadaan kegiatan ini langsung ditindaklanjuti melalui refocusing kegiatan dan realokasi anggaran, diutamakan untuk kegiatan penanggulangan wabah-COVID 19, jaring pengamanan sosial, dan pemulihan ekonomi masyarakat. Akhirnya, penghematan anggaran perjalanan dinas ini dapat langsung dinikmati oleh masyarakat melalui kegiatan nyata yang dilangsungkan di masyarakat, seperti bantuan langsung tunai, pemeriksaan kesehatan terkait virus Corona, bantuan insentif bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah, dan lain sebagainya.
Potensi kenaikan pendapatan perusahaan di bidang tertentu;
Dalam usaha penanggulanan wabah COVID-19 yang sedang melanda ini, beberapa perusahaan di bidang tertentu berpotensi mendapatkan keuntungan atasnya. Diantaranya dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bidang Jaringan Internet,
Kewajiban bekerja dari rumah mengharuskan orang untuk berinteraksi sosial secara virtual melalui jaringan internet. Keluarga yang sedari awal tidak menggunakan internet di rumahnya, mau tidak mau, suka tidak suka, untuk memperlancar pekerjaan mereka, mereka harus memasang jaringan internet di rumahnya. Adanya potensi penambahan permintaan pemasangan instalasi jaringan internet ini, akan berdampak pada kenaikan pendapatan para pengusaha di bidang jaringan internet.
Bidang Ekspedisi,
Larangan untuk keluar rumah semasa wabah COVID-19 melanda, membuat orang harus berpikir lagi bagaimana caranya memenuhi kebutuhan barang-barang ataupun makanan yang menjadi konsumsi dari hari ke sehari. Penggunaan transportasi pengantaran online atau yang dikenal dengan jasa ekspedisi, yang mengantarkan barang dari penjual kepada pembeli, menjadi salah satu solusinya. Hal ini sudah tentu akan berimbas pada peningkatan pendapatan perusahaan penyedia jasa ekspedisi, seiring dengan peningkatan permintaan penggunaan jasa ekspedisi.
Bidang Farmasi,
Meskipun vaksin yang mengobati penyakit COVID-19 belum ditemukan, kebutuhan obat-obatan untuk mendukung penyembuhan dan meningkatkan tingkat imunitas tubuh agar tubuh dapat menghasilkan antibodi yang bertugas melawan virus Corona ini, sudah tentu disediakan oleh perusahaan farmasi. Melihat kondisi yang ada dan peningkatan penderita penyakit COVID-19 yang semakin bertambah dari hari ke hari, membuat permintaan obat peningkatan imunitas tubuh semakin besar, sehingga berpotensi berdampak pada kenaikan penjualan obat oleh perusahaan farmasi dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan tersebut.
Manusia dilatih untuk cepat beradaptasi;
Perubahan kondisi yang signifikan yang terjadi akibat dampak wabah penyakit COVID-19, menuntut secara paksa masyarakat untuk cepat beradaptasi dalam segala aspek kehidupan. Tidak ada yang pernah meminta virus Corona ini datang dan menyebar di Indonesia, dan tidak ada juga yang pernah membayangkan harus berdiam diri di dalam rumah dalam kurun waktu yang lama (bahkan orang tipe introvert pun setidaknya tetap harus berinteraksi sosial keluar rumah). Hal ini membuat manusia harus cepat menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang berlangsung ini. Keluhan adalah wajar dalam permulaan adaptasi, karena itu salah satu bentuk reaksi manusia atas perbedaan kebiasaan yang dilakukan.
Yang terpenting, hanyalah manusia yang mampu beradaptasi yang akan kuat bertahan dalam memenangkan pertandingan melawan COVID-19 ini.
#Covid-19
#Corona
#DampakCorona
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.