Kompas TV kolom opini

Awasi Mimpi Besar Danantara

Kompas.tv - 7 Maret 2025, 06:30 WIB
awasi-mimpi-besar-danantara
Presiden Prabowo Subianto meluncurkan Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) di Istana Merdeka, Senin (24/2/2025). (Sumber: Kompas TV )

Oleh; Bimo Cahyo, Jurnalis Kompas TV

Bayangkan punya tabungan sebesar Rp15.000 triliun. Wah, pasti bikin kita mikir, “Apa ya yang bisa dilakukan dengan uang sebanyak itu?”

Baca Juga: Komite Investasi Danantara Siap Kaji Lagi 21 Proyek Strategis terkait Hilirisasi

Nah, itu juga yang sedang dipikirkan pemerintah kita sekarang. Lewat Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), sebuah badan pengelola kekayaan negara (Sovereign Wealth Fund / SWF), pemerintah ingin mengumpulkan semua aset BUMN yang tersebar dan mengelolanya secara terpusat.

Tujuannya, agar kekayaan negara ini bisa “bekerja” lebih keras dan menghasilkan lebih banyak uang. 

Bahkan Presiden Prabowo Subianto punya mimpi besar. Danantara diharapkan bisa menyaingi SWF terkenal seperti Temasek di Singapura atau Khazanah di Malaysia. 

Prabowo ingin Indonesia punya “dana abadi” seperti Norwegia yang bisa digunakan buat biayai proyek-proyek besar, tanpa perlu khawatir uangnya habis. Keren, kan?

Danantara ini ibarat seorang ayah yang ngumpulin semua tabungan anak-anaknya jadi satu. 

Daripada dikelola sendiri-sendiri, lebih baik disatukan supaya bisa diputar lebih maksimal. Misalnya, aset-aset BUMN yang tadinya terpisah-pisah, sekarang dikelola oleh satu tim khusus. 

Mereka bisa memutuskan apakah aset itu akan dijaminkan ke bank untuk dapat pinjaman, dijual untuk dapat uang tunai, atau diinvestasikan ke proyek-proyek yang menguntungkan.

Namun demikian, mimpi besar itu tidak datang tanpa tantangan, apalagi di tengah kondisi pasar saham yang sedang tidak bersahabat.

Kondisi pasar saham Indonesia sedang lesu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun dari level 7.400-an ke 6.400-an.

Turunnya IHSG menjadi indikator bahwa investor sedang kurang percaya diri dengan kondisi ekonomi Indonesia. 

Hal ini disebabkan karena banyak faktor, yakni ketidakpastian global, kenaikan suku bunga, atau kekhawatiran akan defisit APBN yang membengkak.

Baca Juga: Rosan Pede Fundamental BUMN Kuat meski IHSG Sempat Turun usai Danantara Diluncurkan

Ketika pasar saham sedang lesu, nilai aset-aset BUMN yang dikelola Danantara, termasuk saham-saham yang tercatat di bursa, boleh jadi ikut turun. 

Artinya, Danantara akan kesulitan mendapatkan nilai optimal jika harus menjual atau menjaminkan aset-asetnya di tengah kondisi pasar yang tidak stabil.

Turunnya IHSG juga mencerminkan sentimen investor yang sedang tidak optimis. Jika investor tidak percaya pada kondisi ekonomi dalam negeri, bagaimana mereka bisa percaya pada proyek besar seperti Danantara.

Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk membangun kepercayaan, baik dari investor domestik maupun asing. Dengan begitu, apakah mimpi besar Danantara itu bisa terwujud?

Sebelum kita terlalu bersemangat, ada baiknya tengok dulu contoh SWF di negara lain. Norwegia misalnya, punya SWF yang dananya berasal dari penjualan minyak. 

Mereka investasikan uang itu ke saham-saham perusahaan besar di seluruh dunia. Hasilnya, Norwegia sekarang jadi salah satu negara paling makmur di dunia.

Coba lihat pula ke Singapura dengan Temasek-nya. Mereka mengelola aset BUMN dengan sangat profesional dan berhasil mendatangkan keuntungan besar. Bisa juga amati Malaysia yang punya Khazanah. 

Meskipun sebagian besar investasinya masih di dalam negeri, tetapi sudah mulai melirik peluang di luar negeri juga.

Indonesia mau ikut jejak mereka. Tapi, masih ada satu masalah: kita nggak punya sumber dana segar seperti Norwegia atau Singapura. 

Sejauh ini, dana untuk Danantara diambil dari pemotongan anggaran sektor penting seperti pendidikan dan kesehatan. 

Maka, sambil berharap Danantara sukses, kita juga harus siap-siap dengan konsekuensinya.

Baca Juga: Komite Investasi Danantara Siap Kaji Lagi 21 Proyek Strategis terkait Hilirisasi

Tantangan dan Manfaat
Sumber dana menjadi tantangan pertama yang harus diwaspadai. Indonesia ini nggak punya kelebihan uang seperti Norwegia atau Singapura. 

Dana Rp 300 triliun untuk Danantara diambil dari pemotongan anggaran lain. Artinya, ada sektor-sektor penting yang boleh jadi dikorbankan. Misalnya, anggaran pendidikan atau kesehatan dipotong demi biayai Danantara.

Baca Juga: 100 Hari Pemerintahan Prabowo, Rp300 Triliun Hasil Efisiensi Siap Diinvestasikan Melalui Danantara

Adapula tantangan kedua, yakni utang. Danantara berpotensi menambah beban utang negara. 

Walaupun secara teknis utang itu tanggung jawab Danantara, tetapi nanti pada akhirnya tetap saja akan menjadi tanggung jawab negara juga. 

Dengan utang pemerintah yang sudah menumpuk, kita harus hati-hati supaya nggak terjebak dalam lingkaran utang yang semakin besar.

Adapun tantangan yang ketiga adalah tata kelola. Sejarah pengelolaan BUMN di Indonesia nggak selalu mulus. 

Banyak kasus korupsi dan inefisiensi yang bikin kita waswas. Apalagi Danantara akan dikelola oleh segelintir orang yang bertanggung jawab langsung ke Presiden. 

Tanpa transparansi dan akuntabilitas yang baik, risiko korupsi dan kolusi bisa semakin besar. 

Lantas, untuk apa dan siapa manfaat Danantara ini? Meskipun Danantara menjanjikan keuntungan finansial yang besar, tetapi apakah manfaatnya akan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia? Atau justru hanya dinikmati oleh segelintir elite saja? 

Fokus Danantara pada proyek-proyek besar seperti hilirisasi pertambangan bisa jadi tidak serta-merta menciptakan lapangan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil. 

Watak sentralistik Danantara berpotensi memperkecil partisipasi masyarakat dalam pembangunan. 

Alih-alih membawa kesejahteraan merata, Danantara justru bisa jadi alat memperkaya segelintir orang, sementara mayoritas rakyat tetap tertinggal.

Oleh karena itu, kita tetap harus optimis tapi waspada. Danantara ini seperti pisau bermata dua. 

Di satu sisi bisa jadi peluang besar untuk mengelola kekayaan negara dengan lebih baik. Tapi di sisi lain, risiko kegagalannya juga nggak kecil. 

Tanpa tata kelola yang baik, transparansi, dan kebijakan yang inklusif, Danantara bisa jadi beban baru buat negara. 

Apalagi di tengah kondisi pasar saham yang sedang lesu. Tantangan Danantara sebagaimana tersebut tadi menjadi semakin berat. 

Investor yang terdampak sedang tidak percaya diri boleh jadi akan berpikir dua kali sebelum mendukung proyek sebesar ini.

Baca Juga: Nasib Pekerja Migran Indonesia di Malaysia Antara Harapan dan Realita Pahit

Jadi, kita boleh berharap, tapi jangan lupa untuk tetap kritis. Danantara bukanlah solusi ajaib untuk semua masalah. 

Danantara hanya akan berhasil jika dikelola dengan integritas, visi jangka panjang, dan komitmen membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya segelintir elite saja.

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Kompas TV




KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x