Kompas TV kolom opini

La Donna in Rosso

Kompas.tv - 17 Februari 2025, 02:15 WIB
la-donna-in-rosso
Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri menghadiahkan lukisan Bunda Maria berkebaya merah kepada Paus Fransiskus, saat audiensi di apartemen Santa Martha, Vatikan, Jumat (7/2). Lukisan ini karya Fransiskus Sigit. (Sumber: (Foto: Media Vatikan) )

Oleh: Trias Kuncahyono

Di Museum Nasional Parma (Gallery National of Parma), yang juga dikenal dengan nama Galleria Nazionale di Parma, disimpan banyak lukisan karya para pelukis kondan masa lalu. Ada beberapa lukisan yang saya foto. Antara lain lukisan karya Michelangelo Anselmi (1491-1554). Lukisannya diberi judul Madonna con Bambino e Santa Barbara.

Yang menarik, warna merah mendominasi lukisan itu. Bunda Maria (Madonna) berabaya merah dengan hijab hijau lumut yang memanjang dan menutupi sebagian pangkuannya. St. Barbara (duduk sebelah kanan Bunda Maria) pun berabaya merah dengan kain kecoklatan menyelempang di bahu.
St. Yusuf (sebelah duduk di kiri Madonna) berpakaian warna coklat dengan kain merah cenderung oranye menutupi hampir seluruh bagian kaki kirinya. Sedangkan bayi Yesus (Child) yang duduk di pangkuan Madonna dan dipegangi St. Yusuf sebagian tubuh bagian bawah tertutup kain putih.

Lukisan lainnya, karya Giorgio Gandini del Grano (meninggal 1538), bertema Madonna che allata il Bambino, san Giovannino e le Sante Maria Maddalena et Elizabetta, Bunda Maria menyusui Yesus, St. Yohanes, St. Maria Magdalena, dan St. Elisabet), juga menampilkan Madonna (Bunda Maria) berabaya merah.

Baca Juga: Momen Warga Palestina Disambut Haru Setelah Bebas dari Penjara Israel

Madonna berbaju merah juga ditampilkan oleh Allesandro Barnabei (1580-1630) dalam lukisannya yang diberi judul Madonna della Misericordia e la societa della Beata Vergine del Monte Carmelo, Bunda Belas Kasih Kita dan komunitas Bunda Kita Gunung Karmel. Madonna berabaya merah, tanpa hijab, dengan kain putih dan coklat menutup bahunya, mengembangkan kedua tangannya berdiri di tengah komunitas Karmel.

***

Kok berabaya merah? Kok berjubah merah? Bukankah Bunda Maria selalu berabaya biru? Itu yang umum atau yang banyak kita temui. Sepanjang sejarah, warna biru dianggap sebagai warna yang sakral dan berharga. Maka, kebanyakan, sekurang-kurangnya yang banyak ditemui, abaya Bunda Maria berwarna biru.

Warna abaya atau jubah pada ikon Bunda Maria–yang banyak dijual di toko-toko cinderamata di Roma juga tempat-tempat ziarah lainnya–berbeda dengan warna abaya pada lukisan-lukisan atau patung Barat (yang ke Indonesia juga). Seniman Barat, terutama seniman kontemporer, biasanya menggambarkan Bunda Maria dalam balutan gaun atau abaya atau jubah putih dengan kerudung berwarna biru langit di atasnya.

Sementara ikonografer paling sering menampilkannya Bunda Maria dalam gaun biru tua dengan jubah/kerudung luar berwarna merah. Sering kali jubah merah dihiasi dengan emas, untuk menunjukkan kehadiran Yang Ilahi. Penggunaan warna pada ikon lebih mirip dengan seni abstrak modern dibandingkan dengan genre lukisan realistik atau representasional, karena warna tersebut tidak hanya menerangi dan memperkaya bentuk, namun berkomunikasi secara langsung dan simbolis.

Kata Julia Fiore dalam Why Jesus and Mary Always Wear Red and Blue (Art History, 2018) dalam 700 tahun terakhir, dalam religious art, Bunda Maria hampir selalu digambarkan mengenakan pakaian berwarna biru, sedangkan Yesus biasanya mengenakan pakaian berwarna merah. Ini konsisten.

Sepanjang sejarah, warna biru dianggap sebagai warna yang sakral dan berharga. Ini bukan pigmen alami, sehingga sangat mistis dan langka. Salah satu pigmen “biru sejati” yang paling awal diproduksi adalah ultramarine, warna yang terbuat dari lapis lazuli, batu mahal yang dulunya lebih berharga daripada emas.

Dalam seni, warna biru dari lapis lazuli itu hanya diperuntukkan bagi tokoh yang paling mulia. Orang Mesir mulai mengimpor lapis lazuli dari Afghanistan sekitar 6.000 tahun yang lalu. Namun, pada awal abad ke-5 warna biru dikaitkan dengan Perawan Maria. Biru Maria, sebutan untuk warna ini, menjadi warna resmi Madonna seiring dengan bangkitnya Mariologi dan pemujaan terhadap Perawan.

Setelah Bunda Maria dimaklumkan sebagai “Ratu Surga, Bunda Spiritual, dan Perantara” oleh Gereja pada tahun 431, para seniman Bizantium, dengan menggunakan mineral azurit yang lebih murah, mulai membuat ikon bergaya yang menggambarkan Bunda Suci mengenakan jubah, abaya biru Maria dengan latar belakang daun emas yang rata.

***

Lalu, bagaimana Bunda Maria berabaya atau berjubah merah? Tentang hal ini, ada yang berpendapat bahwa warna merah itu melambangkan cinta, gairah, dan pengabdian. Itu semua sifat yang berhubungan dengan peran sebagai ibu dan dicontohkan oleh kehadiran Bunda Maria pada Penyaliban di Golgota.

Tapi, ada juga lukisan yang diberi judul Pietà at the Foot of the Cross karya Ambrosius Benson (1495-1550), Bunda Maria berdiri di kaki salib, berabaya hitam dan hijab putih. Mary at The Foot of The Cross menampilkan Bunda Maria berabaya, kerudung, dan mantel hitam. Hitam lambang duka.

Mengapa Bunda Maria berabaya merah? Kata Father Johann Roten, S.M. dari University of Dayton, ada tradisi yang berpendapat bahwa penggunaan warna merah pada jubah atau abaya Maria berasal dari kepercayaan bahwa Maria, sebagai seorang perempuan di Bait Suci, terlibat dalam penenunan tabir besar Bait Suci (yang akan robek pada saat kematian Yesus). Secara khusus, tugas Maria adalah menenun benang merah ke dalam dan ke luar.

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber :

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x