Hal ini mengingatkan pada situasi Ding Liren, seorang Juara Dunia catur ketika berhadapan dengan rivalnya, Ian Nepomniachtchi dari Rusia.
Ada kalimat yang membuat semangat Ding Liren bangkit saat berada diambang kekalahannya.
“Saya ingat bagaimana Albert Camus berbicara tentang konsep perlawanan. Idenya adalah jika Anda melihat bahwa Anda tidak bisa menang, maka lakukanlah segala daya Anda untuk melawannya. Dan kenangan itu memberi saya tekad yang saya butuhkan.”
Apa yang terjadi dengan Ding Liren mungkin sejalur dengan apa yang diproyeksikan oleh juara bertahan Francesco Bagnaia, yang berusaha sekuat tenaga mengakhiri balapannya dengan posisi terbaik.
Bagnaia memberikan tanda bahwa dialah World Champion saat ini dan dengan itu berusaha untuk tidak menyerah meskipun situasinya memintanya untuk menyerah.
Sebuah adrenalin yang tinggi di lintasan pacu kuda besi tentu menambah kobaran tekad yang berapi-api, "Now or Never", itulah yang ada dan menyatu dalam denyut nadi seorang World Champion.
Marc melihat peluang untuk menyalip Pecco di sudut sempit, sedangkan Pecco juga melihat peluang untuk merebut kembali posisinya. Bahkan di mata para podium hari itu juga terjadi perbedaan pendapat.
Dilansir dari video pembicaraan di belakang layar yang di-posting oleh MotoGP, rookie monster Pedro Acosta mengatakan bahwa Marc yang menutup jalur Pecco.
Sedangkan runner up musim lalu, Jorge Martin, mengatakan bahwa Peccolah yang menutup garis lebih dulu.
Jadi siapa yang salah benar di sini? Tidak ada. Bagi saya keduanya kuat dengan argumentasi masing-masing.
Mereka berangkat dari kacamata seorang juara dunia yang ingin mempertahankan posisi sebaik mungkin. Insting bertarung dan menjadi pemenang telah tergaris dalam nadi mereka. Dan selama mereka berada di lintasan, itu adalah medan perang.
Marc Marquez dan Francesco Bagnaia adalah seorang petarung, mereka tidak akan menjadi satu-satunya dalam sejarah (bersama Valentino Rossi) yang berhasil "back to back" Juara Dunia MotoGG jika tidak memiliki mentality yang berbeda dari lainnya.
Selama darah masih menyatu dengan tubuh, selama kaki masih bisa menopang, maka perlawanan akan terus mereka lakukan. "Now or Never, World Champion Mentality" akan selalu menjadi cerita yang berbeda.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.